Minggu, 30 Juli 2017

- KAMU DAN CINTA -



Note:
Anisa sebagai Anisa, Rizky sebagai Rizky.
Sebuah paragraf super singkat tentang analogi rasa.
Sebuah analog dari sekumpulan kata nasihat buat sebagian mereka yang mencari makna "cinta".
Sebuah ilustrasi pengingat bagi penulisnya.

"Aku menyukaimu sebagai tontonan, tapi aku ingin mencintaimu sebagai tuntunan" – Anisa 

"Kenapa kamu memutuskan berjilbab, Nis? Kenapa kamu rela menanggalkan keindahan penampilan kamu? Kenapa kamu meninggalkan kepopuleran yang bisa kamu raih?"
Itulah pertanyaan Rizky yang membuat Anisa hanya bisa tersenyum balas menatapnya sekilas. Anisa tak menyangka kalimat itu yang pertama ditanyakan laki-laki itu setelah sekian lama mereka tak pernah bertemu. Bahkan pertemuan itu tak terbayangkan keduanya.
"Aku memakai jilbab ini untuk memenuhi kewajibanku ke Tuhan, Riz. Aku juga memakai jilbab ini untuk orang tuaku, aku ingin menjadi anak yang baik untuk mereka. Aku juga memakai jilbab ini untuk menjaga kehormatanku sebagai perempuan," ucap Anisa dengan senyuman tulusnya yang tak pernah berubah.
"Aku memakai jilbab ini juga untuk seseorang dalam doa-doaku..., seseorang yang akan menemani dan melengkapi hidup aku, aku ingin menjaga hatinya meski saat ini hati aku dan dia belum menyatu," sambung Anisa membuat Rizky terdiam mencerna ucapan gadis itu yang entah kenapa mengena di hatinya. Padahal Anisa menyebut laki-laki itu 'DIA', tak bernama, tapi entah kenapa hati Rizky justru bergetar mendengarnya, seolah perempuan itu menjaga hatinya.
"Aku senang kita bisa bertemu disini, Riz. Akhirnya kita bertemu bukan sebagai tontonan melainkan sebagai dua orang manusia yang saling mengenal tapi lama tak berjumpa".
Ada lengkung senyum perlahan di bibir Rizky mendengar ucapan Anisa. Gadis itu benar, mereka bertemu gara-gara hal sepele, Rizky menjemput Mamanya yang ada sedikit urusan terkait bisnis baju muslimnya dan Anisa berada di tempat yang sama karena dia ingin membelikan Mamanya sebuah hadiah untuk menghadirkan lebih banyak senyum untuk perempuan yang paling berjasa di kehidupannya itu. Mereka bertemu bukan sebagai public figure tapi sebagai laki-laki dan perempuan biasa.
"Apakah kamu menyayangkan keputusan aku berjilbab, Riz?" tanya Anisa ke laki-laki itu.
Rizky menggelengkan kepalanya pelan. "Satu-satunya yang kusayangkan dari kamu berjilbab hanya kita semakin sulit bersama, Nisa. Dunia di sekeliling kita terlihat semakin berbeda dan itu membuat aku sedih, Nis. Kita semakin sulit untuk bisa mendekat".
Anisa tersenyum tipis mendengarnya. Andai saja Rizky tahu kegalauan yang sempat melanda hatinya gara-gara laki-laki itu sebelum akhirnya Anisa memutuskan untuk mengikhlaskan perasaannya, menitipkannya pada Tuhan lewat doa.
Rizky, laki-laki itu telah membuat Anisa suka dengan wajah tampannya terlebih Rizky merupakan artis yang jadi tontonan banyak orang, digilai banyak kaum hawa termasuk mungkin dirinya.
Namun, lebih dari itu, Rizky membuat hatinya terpaut justru saat laki-laki itu teguh menjalankan ibadahnya diantara kesibukannya syuting, beberapa kali Anisa melihat sifatnya yang gentle sebagai laki-laki dewasa di hadapannya serta laki-laki itu menghormati sekaligus berbakti kepada Mamanya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayangnya. Rizky juga sosok yang pekerja keras dimata Anisa. Ditambah lagi dengan sikap humoris laki-laki itu, menambah hati Anisa semakin yakin padanya bahwa laki-laki itu bisa menjadi tuntunan baginya.
Kini bagi Anisa, Rizky adalah nama yang ia titipkan di langit-langit doanya menjadi salah satu kemungkinan diantara ketidaktahuannya dan kepasrahannya akan sosok teman hidupnya. Gadis itu hanya bisa berharap kemudian memasrahkan segala sesuatunya. Anisa percaya bahwa cinta terbaik adalah cinta yang membuat keimanan dan ketaatannya bertambah, seseorang yang membantunya di dunia karena laki-laki ini ingin bertemu lagi dengan dirinya di surga-NYA seperti juga Anisa yang menginginkan hal yang sama.

-Selesai-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar