Rabu, 03 September 2014

Ada Kisah Kita Diantara Kamu dan Aku - Bagian 1

Siang itu di lokasi syuting, Ara sedang asyik bercanda dengan salah satu pemain cewek di sinetron barunya ketika sutradara menghampiri mereka. “Flo ditunggu Addo buat latihan scene selanjutnya”. Flo yang sedang asyik ketawa-ketiwi langsung beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Ara yang sedang memegang script buat scene selanjutnya yang baru saja diserahkan langsung sutradara kepadanya. “Ara, mumpung waktunya agak santai, aku mau nanya, ada beberapa request buat kamu main FTV bareng si Rizzar lagi dan pihak produksi sebenarnya semangat membuatkan cerita tentang kalian berdua sesuai request, pendapat kamu sendiri gimana, keberatan nggak?”
Ara terdiam sambil tersenyum ke sutradara.” Sebenarnya sih, Kak, kalo aku pribadi nggak ada masalah mau main sama siapa saja, kan itu tuntutan profesionalisme kerja saja, tapi... hmmm”.
Ara kembali tersenyum nyengir. “Kalian ada masalah setelah terlibat jadi pasangan di sinetron kemarin ya?”
“Kalau aku sama Rizzar sebenarnya nggak ada masalah Kak, tapi nggak tahu gimana sampai akhirnya banyak pro dan kontra yang makin runcing setelah sinetron itu tamat dan sebagian fans ngejodoh-jodohin kita dan mengganggap kita ada rasa beneran dan jadinya mulai saling menyerang juga antar fans jadinya takutnya mengganggu Rizzar sama ceweknya”.
“Jadi, menurut kamu kalo kalian dipasangkan lagi sekarang, takutnya Rizzar atau ceweknya ngerasa ga nyaman gitu?”
Ara lagi-lagi tersenyum sembari mengangguk. “Ya begitulah, Kak. Kalo Rizzar sendiri, aku yakin dia pasti bisa profesional kalau pun harus berpasangan sama aku lagi, tapi melihat sikon akhir-akhir ini, aku takutnya Rizzar aktingnya jadi terpaksa dan bukan dari hati, Kak”.
“Memangnya, kalau Rizzar aktingnya terpaksa, bakal jelek ya hasilnya? Kalo aku lihat selama ini dia cukup profesional, Ra seperti yang kamu bilang, jadi apapun masalah yang ada, dia bakal melakukan aktingnya dengan bagus”.
Ara menggelengkan kepala, “Bukan gitu Kak. Aku yakin Rizzar apapun sikonnya dia bakal bisa berakting dengan bagus dan profesional, tapi aku ga mau melihat Rizzar main bareng aku karena terpaksa dan tuntutan, karena aku tetap percaya apa yang berasal dari hati akan sampai ke hati yang menonton, begitu pun akting dan aku nggak mau kehilangan keikhlasan itu saat aku berpasangan sama Rizzar, lagi pula aku juga berusaha menjaga perasaan pihak-pihak tertentu terutama Rizzar dan ceweknya juga fans mereka“.
Sutradara pun mengangguk mengerti. “ Oke, aku bisa ngerti kok, Ra…, tapi kalo seumpamanya Rizzar mau dan tidak merasa terpaksa berpasangan dengan kamu dalam satu FTV, kamu mau kan?”
“Pastinya, Kak, nggak ada alasan aku keberatan berpasangan dengan dia, aku banyak belajar juga dari Rizzar soal akting. Selama Rizzarnya oke saja, apapun gosip yang berkembang, aku dan Rizzar bakal bisa membuktikan kebenarannya. Sejak film aku pertama bareng dia, kami sudah terbiasa digosipkan berpacaran tapi karena kami tidak terlalu menanggapinya, gosip itu bakal hilang sendiri”.
Sutradara itu pun bergegas meninggalkan Ara karena scene selanjutnya akan dimulai seraya mengucapkan kalimat penutupnya. “Jadi semua tergantung Rizzarnya kan, Ra?”. Ara pun mengangguk masih tetap dengan senyumnya. “Oke, nanti aku tanya langsung orangnya“. Dan sutradara pun melangkah menjauh dari Ara yang masih terpaku dengan senyumnya.
“Sejak awal aku dan kamu akting berpasangan, aku bisa merasakan bahwa itu berasal dari hati, karena kita ikhlas menjalaninya.. aku nggak mau merusak kebersamaan kita dalam dunia akting ini dengan keterpaksaan, Riz… karena apa yang dikerjakan dari hati akan sampai ke hati dan aku tahu selama ini kita sudah berhasil melakukannya". “Aku memang masih harus banyak belajar tentang akting yang baik, tapi saat semua itu dilakukan dengan hati, itu  nggak akan jadi masalah terbesar”.
Sore itu Ara sedang menghafal script-nya buat scene dia bersama Rizzar di sinetron, sementara Rizzar masih menyelesaikan scene-nya bersama pemain lainnya. Ya, kekurangnyamanan itu sebenarnya sudah Ara rasakan sejak beberapa episode sinetron kedua mereka, Mereka bahkan pernah mengobrol di sela-sela waktu syuting, Rizzar mengatakan bahwa sebengal apapun dia, dia ingin menjadi laki-laki yang punya komitmen hanya ke satu perempuan saja, ya tentunya  perempuan itu adalah ceweknya. Dan Ara pun mendukung niatan Rizzar itu. Setelah obrolan itu, Rizzar pun mulai menjaga jarak dengan Ara meski itu dilakukan dengan sedemikian rupa agar tidak kentara. Sepertinya gosip tentang hubungan mereka semakin memanas dan tidak bisa terbendung di dunia maya meski keduanya sudah melakukan klarifikasi terang-terangan. Ara bisa memaklumi sikap yang diambil Rizzar untuk berjarak dengannya. Meskipun demikian Ara tahu Rizzar berusaha melakukan aktingnya dengan ikhlas meski berbatas dan tak bisa lepas seperti syuting-syuting sebelumnya. Untungnya, peran mereka sebagai pasangan di sinetron baru ini hanya pendukung dan bukan peran utama.
       Ara sedang menghafal dialognya ketika Via, pemeran utama sinetron itu, memanggil namanya. “Ara, ditunggu  Rizzar latihan di taman dekat parkiran katanya“. Ara pun bergegas mengemasi barangnya. “Oke, Vi… makasih yaaa… met istirahat yaa…” ujar Ara sambil tertawa kecil dan melambaikan tangannya ke Via.
Setengah berlari kecil, Ara menyusuri taman dan dia tidak menemukan sosok Rizzar. “Rizzar kemana ya, apa mungkin dia lagi sholat Ashar?” Ara pun memutuskan menuju mobilnya di parkiran untuk mengambil barangnya yang tertinggal, ketika dia melihat sosok Rizzar yang sedang bersandar di dinding dekat parkiran mobilnya dan membelakanginya. “Hai Riz ternyata kamu disini kirain lagi sholat Ashar, ayo kita mulai latihan, scene kita sejam lagi kan?” sapa Ara sambil menepuk bahu Rizzar. Rizzar masih tidak bergeming dan Ara pun mensejajari posisi Rizzar yang masih bersandar di dinding. Ara begitu terkejut ketika dia melihat wajah Rizzar yang pucat dan kesakitan. “Kamu kenapa Riz, wajah kamu pucat banget gitu?” ujar Ara sambil memegang lengan Rizzar. “Aku nggak apa-apa kok, Ra… lambung aku sedikit bermasalah saja” jawab Rizzar dengan ekspresi kesakitan meski suaranya dibuat sedatar mungkin ke Ara. Ara khawatir dan dia tahu Rizzar hanya berusaha meyakinkan Ara bahwa dia tidak apa-apa, sampai kemudian tiba-tiba tubuh Rizzar limbung dan jatuh pingsan ke arah Ara. Ara bertambah khawatir.  Tubuhnya yang lebih kecil dibandingkan Rizzar harus menahan tubuh Rizzar yang terkulai lemas dengan wajah yang sangat pucat. Ara melihati sekitar, tak ada kru saat itu dan tempat terdekat yang mungkin untuk dia merebahkan sementara Rizzar hanyalah di mobilnya. “Ara, kamu harus dan pasti kuat memapah tubuh Rizzar ke mobil kamu” ujar Ara menyemangati dirinya sendiri sembari memapah tubuh Rizzar. Susah payah akhirnya Ara berhasil juga mendudukkan Rizzar di tempat duduk muka mobilnya. Rizzar tak juga sadar dan Ara pun bingung harus melakukan pertolongan seperti apa. Dia pun akhirnya membuka kotak obat-obatan yang ada di mobilnya dan dia ambil minyak angin yang ada di dalamnya untuk dioser-oserkan di bawah hidung Rizzar agar membuatnya sadar. Rizzar perlahan membuka matanya dan memandang ke arah Ara yang terdengar mengucapkan Alhamdulillah. “Masih sakit banget ya, Riz, kita ke dokter ya?”
Dengan tubuh yang masih lemah dan wajah yang pucat, Rizzar hanya menggelengkan kepalanya, berusaha tersenyum ke Ara. “Aku sudah bilang, aku nggak apa-apa Ra, cuma lambung aku aja agak bermasalah, kayaknya karena aku telat makan”. Rizzar berusaha menguatkan tubuhnya sambil berkata, “Sekarang kita harus latihan, ke taman yuk, aku sudah enakan kok”
Ara masih memandangi sosok di depannya yang berusaha mengingkari kondisinya yang sedang sakit. “Aku tahu kamu nggak mau terlihat lemah Riz, tapi kamu nggak perlu berusaha pura-pura baik-baik saja. Mendingan sekarang kamu minum obat maag ini dan makan roti ini dulu”. Ara menyodorkan obat maag cair dan tablet serta dua bungkus roti juga air mineral ke arah Rizzar. Rizzar tetap berusaha untuk keluar dari mobil Ara tapi Ara menahannya.  
“Sesibuk apapun kamu, jangan sampai lupa makan dan jaga kesehatan, Riz, sekarang kamu minum obat dan habisin rotinya, biar aku tungguin di taman ya. Aku tahu kamu nggak mau terlihat berduaan dengan aku apalagi di mobil aku dan aku pun juga nggak mau ada salah paham baru diantara fans kita. Nanti kalo sudah selesai makannya dan kamu ngerasa enakan, minta tolong kunciin mobil aku, ya," ujar Ara seraya tersenyum kemudian bergegas keluar dari mobilnya. Ara berjalan menjauh menuju taman sambil memungut script milik Rizzar yang terjatuh saat pingsan tadi. “Tanpa kamu minta, aku akan mendukung kamu untuk bisa menjadi laki-laki yang punya komitmen ke satu perempuan saja, kamu tenang aja Riz”.    
Rizzar pun tersenyum memandangi bagian punggung Ara yang makin menjauh. “Makasih banyak Ra, jujur aku malu karena aku terlihat lemah di depan kamu karena aku ga mau orang lain melihat sisi lemah aku..”
15 menit kemudian, Ara dan Rizzar sudah tenggelam dalam dialog sinetron di tokoh yang mereka mainkan. Dan Ara bersyukur adegan mereka berjalan dengan cukup lancar dan tak banyak pengulangan berarti.  Meski mereka tak lagi bisa bercengkrama lepas seperti sebelum-sebelumnya, tapi chemistry mereka masih terjaga, baik Rizzar maupun Ara sepertinya berkomitmen tak ingin mengecewakan para penontonnya. Di dalam adegan, mereka berusaha untuk memberikan hati mereka menghayati peran yang dimainkan. Meski di satu sisi lainnya, Ara ragu apakah saat mereka dihadapkan di judul FTV baru sebagai pemeran utama pasangan, mereka akan bisa mempertahankan chemistry itu karena sikon sepertinya mengharuskan mereka menjaga jarak.
      Jam di arloji Ara menunjukkan pukul 18.04 WIB ketika Ara baru selesai mengerjakan sholat Maghribnya. Dia bergegas berkemas dan bersiap-siap pulang saat dia berpapasan dengan Rizzar yang baru akan melakukan sholat Maghrib. Seperti biasa Ara selalu tersenyum dan Rizzar pun membalas senyum. “Ra…makasih banyak ya untuk yang tadi, aku malu dan menyesal kamu harus melihat aku dalam kondisi lemah seperti itu".
“Sudah seharusnya sesama manusia, saling menolong Riz, sorry cuma itu yang bisa aku lakuin, lagi pula aku yakin kalo tadi yang ada di dekat kamu orang lain, mereka pasti melakukan hal yang sama seperti aku atau bahkan lebih baik dari aku. Kamu nggak perlu malu, Riz, itu manusiawi kok. Aku duluan ya dan semoga cepet pulih 100 persen,” ujar Ara sembari tersenyum lebar.
Lagi-lagi Rizzar hanya tersenyum memandangi punggung Ara yang menjauh darinya.
      Waktu seminggu pun berlalu, Ara masih dengan rutinitasnya di sinetron keduanya selain banyak kesibukan dia yang lainnya.
Pagi itu, Ara sedang menjalani latihan syutingnya dengan Flo dan Via. Sementara itu, Rizzar baru tiba di lokasi dan menerima script bagiannya. Sutradara tiba-tiba menghampirinya.  “Pagi, Bang...,“ sapa Rizzar. “Pagi juga. Riz, Abang mau nanya nih, ada cerita mini series yang udah disiapin sama script writer berdasarkan request yang masuk ke PH kita dan ceritanya cocok buat kamu. Kira-kira kamu minat ga kalo dipasangin lagi sama Ara?”
“Kok Abang nanyanya gitu, emangnya aku kelihatan bakal nolak gitu?” tanya Rizzar dengan raut serius setengah tersenyum.
“Siapa tahu kamu bosan, dipasangin sama Ara, dua sinetron berturut-turut kalian selalu berpasangan, yang sinetron ini juga masih jalan kan?”
Rizzar terdiam sejenak lalu tersenyum lebar, “Nggak lah  Bang, akting kan profesi aku, jadi aku berusaha menikmati saja dengan siapa saja lawan main aku“. Dari kejauhan terdengar canda dan dialog diantara Ara, Via dan Flo, membuat Rizzar menoleh sejenak ke mereka.
“Jadi kamu beneran nggak keberatan, Riz?” ulang sutradara sekali lagi. Rizzar mengangguk pasti sambil setengah tertawa, “Sama sekali nggak, Bang. Omong-omong, kenapa Abang tiba-tiba nanya seperti ini ke aku, memangnya chemistry aku sama Ara ga kelihatan lagi ya, Bang?”
Sutradara hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa kepada Rizzar. “Kalian berdua pasangan yang masih bertahan dengan energi positif khas kalian kok, aku nanya karena pas aku tawarin ini ke Ara, dia  minta aku menanyakan kesediaan kamu, Riz”.
Rizzar mengernyitkan dahinya sedikit kemudian menoleh ke arah Ara yang masih penuh dengan senyuman. Wajah Rizzar menyiratkan tanya. “Aku dengar dari Ara, akhir-akhir ini sikon di dunia maya antar fans kalian sedang tidak kondusif katanya”
Rizzar masih memandang ke arah Ara, “Iya sih Bang, makin banyak haters juga dan sebagian mulai mengganggu kenyamanan kehidupan pribadi aku sama cewek aku. Meskipun aku sebenarnya nggak terlalu peduli tentang itu, Bang”. Rizzar menoleh kembali seraya tersenyum ke sutradara.
“Sebenarnya, Ara juga tidak ada masalah berpasangan dengan kamu lagi, tapi dia sepertinya peduli dengan kamu, cewek kamu, juga fans kamu. Makanya dia minta Abang nanyain ke kamunya langsung, Ara nggak mau kamu merasa terpaksa dipasangkan dengan dia. Ara ingin saat kalian main berpasangan lagi, kalian tetap bisa memerankan tokoh-tokohnya dari hati”.
Rizzar kembali tersenyum lebar, “Aku siap kok, Bang. Hmmm mini series kali ini aku sama Ara jadi pasangan  dengan tema percintaan ala anak SMA lagi?”
Sutradara itu tertawa, “Nggak kok, Riz… tenang saja, tema cerita kali ini agak lebih dewasa, cinta dalam dimensi yang lain”. Sutradara mengedipkan matanya ke Rizzar seraya tersenyum lebar lalu beranjak menuju adegan syuting Ara, Flo, dan Via.
Rizzar memandang ke Ara lagi, kali ini agak lama dia tersenyum ke arah Ara meski Ara tidak menyadari tatapan itu. “Apa karena aku menjaga jarak dengan kamu sehingga kamu berpikir aku mungkin tidak mau lagi berpasangan dengan kamu, Ra? Dan aku sangat tahu, Ra, kamu itu peduli sama aku”. Rizzar kemudian menundukkan kepalanya seolah memandangi script yang ada di tangannya. Ada sekilas rasa bersalah yang tiba-tiba dirasakannya. Entah mengapa. 

Part Setelahnya

Cast : Rizky Nazar (Rizzar), Anisa Rahma (Ara)

Bersambung ..., 


penulisnya lagi "galau" alias masih terkena penyakit "mental block" mendamaikan tangan dengan ide yang ada di otak. Alur di otak mengalir terus, tapi tangan lagi ngambek alias bad mood sepertinya, xixixixi. 

Note for my self: 
Semangat!!! Menulis adalah seni, menulis itu menghidupkan imajinasi, teruslah menulis dari hati, wahai diri :D

Senin, 07 Juli 2014

My Smiley Couple, Rizky Nazar dan Anisa Rahma

Tangan dan imajinasi ini masih saja terpikat dengan dua orang ini, dengan energi positif dan chemistry diantara mereka berdua sejak mereka dipasangkan berdua. Begitu menular dan begitu menginspirasi. Mereka membuat saya bersemangat untuk menulis lagi, menggali ide demi ide untuk membuat cerita mereka, Rizzar dan Ara, Archimedes dan Jingga, Andromeda dan Mentari serta entah siapa selanjutnya. Semoga tulisan-tulisan saya tentang mereka bisa menjadi tulisan fiksi yang meaningful. Bukan hanya sekedar cerita sederhana, tapi juga bermakna. Dan semoga tangan dan pikiran ini lebih mesra bekerja sama sehingga alur demi alur yang ada di dalam pikiran bisa tertuang dengan baik dan indah di tulisan. The most important thing is "please keep writing from your heart!". Make positive stories! :)

cc : Rizky Nazar and Anisa Rahma, thanks for your positive energy, guys. Wish you all the best! :D

Jody - Yasmin
Alex Bintang 10

Alex Bintang 11
cast Rizky Nazar Anisa Rahma


Alex Bintang edited 3


Alex Bintang edited 4
Alex Bintang edited 5


Cast Rizky Nazar Anisa Rahma 2
Alex Bintang edited 8

Alex Bintang 13
Alex Bintang 14

Alex Bintang edited 9
Alex Bintang 15

Alex Bintang 16
Alex Bintang 17

Dimas Nisa 
Alex Bintang 18

Alex Bintang 19
Alex Bintang 20

Alex Bintang 21
Alex Bintang 22

Alex Bintang 23 
Alex Bintang edited 10

Senin, 17 Maret 2014

Couple Cie Cie - Another Imagination

Alex - Rizky Nazar dan Bintang - Anisa Rahma Adi
(When we can feel that chemistry so much.. )

Senyum dan tawa itu mampu menggerakkan senyum dan tawa yang lain
Kisah itu mampu mempengaruhi empati dan simpati yang lain
Tidak rumit bahkan cukup sederhana
Berbungkus kepolosan dan chemistry positif diantara mereka…

Tak perlu peluk dan cium agar membuat rasa itu terasa
Cara yang tak biasa menjadikannya terlihat luar biasa
Saling acak poni menjadi momen yang sederhana tapi menimbulkan bahagia yang bermakna
Adu jidat menjadi saksi semua rasa yang tak terungkapkan dengan kata..

Cinta... cinta itu bermula dengan sederhana…
Sebuah insiden membuat koneksi diantara mereka
Berbalut marah bahkan benci  sebagai tanda tak suka
Tapi perhatian juga senyuman menjadi dimensi sendiri menghadirkan rasa bagi mereka..

Cinta…
Aku dan kamu akhirnya menjadi Kita…
Semua rasa tidak suka berubah menjadi rasa nyaman dan tak ingin kehilangan serta ingin selalu bersama
Bersama dalam cinta bukan sekedar kemana-kemana pergi bersama..

Rasa itu begitu kuat dan mengunci hati mereka
Yang satu menjadi gembok, yang lainnya menjadi kunci
Tak peduli banyak penghalang yang tidak menginginkan kebersamaan mereka
Tapi kunci dan gembok itu akan saling mencari dan selalu menemukan satu sama lain lagi


Mungkin ada rasa yang tak bisa terungkapkan dari balik semua kebersamaan
Rasa menghargai perasaan masing-masing dan yang lain menjadikan satu ruang  isolasi yang hening untuk semua rasa yang tak bisa tersampaikan…
Biarlah… biarlah waktu yang akan menjawab semuanya…
Saat ini, biarlah kebersamaan itu berwujud senyum dan tawa mereka…

Tetaplah tersenyum wahai kalian berdua dengan orang-orang tercintanya..
Hidup itu akan terasa indah saat kita menghadapinya dengan bahagia
Tetaplah berpikiran positif untuk semua yang kalian jalani..


Biarlah waktu yang akan menjawab, apakah aku dan kamu bisa menjadi kita lagi.. :D
Alex Bintang 1
Alex Bintang 3
Alex Bintang 4
Alex Bintang 5
Alex Bintang 6
Alex Bintang 7
Alex Bintang 8
Alex Bintang 9