Minggu, 20 Desember 2015

Menyapa Cinta Bersama Bintang Part 2 - Bertaut Dengan Bintang

Part Sebelumnya

  PART 2 : BERTAUT DENGAN BINTANG

Sejenak, tak ada kata terucap diantara ketiganya kecuali Bintang yang berusaha menangkap kupu-kupu yang terbang didekatnya. Andromeda pun tersenyum melihat tingkah Bintang yang lucu dan bersemangat itu meski dalam diam. "Bintaaang, Kak Andro boleh nanya, nggak?"
Bintang menghentikan aktivitasnya dan langsung menatap Andromeda sambil menganggukkan kepalanya dan memamerkan giginya.
"Kenapa Bintang pake kursi roda? Bintang habis jatuh?" lanjut Andromeda.
Bintang menggelengkan kepalanya, "Bintang kurang hati-hati aja, Kak Andro. Papa dan Mama juga Kak Tari sudah sering ngingetin Bintang, lihat-lihat dulu kalau mau nyeberang atau kalo lagi di jalan, tapi Bintang lupa hari itu, habisnya ada layangan jatuh sih. Jadinya ketabrak motor deh, he he," jawab Bintang.
 "Lagian anak perempuan masih aja ngejar layangan putus," sambung Mentari. Bintang menoleh kearah Mentari seraya nyengir. Mentari pun mencubit lembut pipi Bintang seraya tersenyum, sedangkan Andromeda masih tetap cuek ke gadis bernama Mentari itu.
"Sekarang giliran Bintang nanya Kak Andro, kenapa Kak Andro sering duduk sendirian disini? Kak Andro ga punya teman?" tanya Bintang polos disambut tawa Andromeda yang mendengarnya. 
"Bintang, kan tadi Kak Andro sudah jelasin, kadang ada kalanya seseorang itu pingin menyendiri, Kak Tari juga begitu. Bintang ga boleh mudah berprasangka buruk," tegur Mentari lembut. 
"Maaf Kak Tari, tapi Kak Andro terlalu sering Bintang lihat sendiri, nggak pernah ada yang nemenin. Wajah Kak Andro juga sering kelihatan murung, mirip seperti wajah Bintang kalau temen Bintang ga mau main sama Bintang".
Andromeda lagi-lagi tertawa melihat kepolosan Bintang.
"Kak Andro punya teman, tapi Kak Andro ga pernah ngajakin mereka duduk bareng disini karena rumah mereka jauh dari sini," jelas Andromeda.
"Kak Andro kuliah?" tanya Bintang
"Iya Bintang, Kak Andro kuliah, tapi sementara ambil cuti satu tahun".
Bintang menoleh ke Mentari. "Emang kuliah sama seperti kerja ya Kak Tari, dapat jatah cuti seperti Papa Bintang di kantor?"
"Cuti saat kerja dan kuliah itu agak berbeda, Bintang. Kalau Papanya Bintang ambil cuti, itu karena kantor memberi kesempatan buat istirahat setelah Papa Bintang bekerja untuk kantornya. Nah kalo seseorang cuti kuliah, itu artinya dia sedang ada alasan penting sehingga dia nggak bisa kuliah sementara tapi tetap harus bayar uang kuliah, Bintang. Kak Andro pasti punya alasan kenapa cuti kuliah," jawab Mentari berusaha memberi pengertian yang bisa dipahami Bintang.
"Kak Tari benar, Kak Andro cuti kuliah karena Kak Andro sakit dan perlu perawatan," sambung Andromeda tersenyum dengan tingkah Bintang.
Bintang langsung memasang mimik serius. "Kak Andro sakit? Tapi kok kelihatannya sehat-sehat aja. Nggak seperti Bintang diperban di kaki dan pake kursi roda". Andromeda tak bisa menahan tawanya mendengar kepolosan gadis kecil dihadapannya itu.
Mentari yang melihatnya pun ikut tersenyum, laki-laki dingin itu terlihat hangat tiap kali ia tersenyum dan tertawa karena tingkah laku Bintang.
"Memang kamu sakit apa kalau boleh tahu?" tanya Mentari sambil berusaha tetap tersenyum. Ini untuk kali pertama, Andromeda menoleh ke Mentari dan tersenyum tipis kepadanya. Kemudian Andromeda balik menoleh kearah Bintang
"Kak Andro sakit ginjal. Ginjal itu letaknya didalam sini jadi nggak bisa diperban seperti kaki Bintang meskipun lagi sakit," ujar Andro sambil menunjukkan letak ginjal kepada Bintang sembari tertawa kecil ke Bintang yang mengangguk-anggukan kepalanya.
"Hmmm meskipun kita beda sakitnya, Bintang yakin Kak Andro juga pasti sembuh. Kata Kak Tari yang terpenting kita nggak menyerah, berobat dan berdoa. Bintang berdoa semoga Bintang dan Kak Andro sembuhnya barengan, aamiin".
Andromeda pun kembali tersenyum sambil mengaminkan.
"Kak Tari mau kan ikutan mendoakan Kak Andro biar cepat sembuh?" lanjut Bintang lagi.
Mentari tersenyum lebar kepada Bintang, "Iya, Bintang. Kak Tari berdoa semoga Bintang cepat sembuh. Kak Tari juga berdoa semoga Kak Andro segera diangkat penyakitnya. Yang penting, Bintang dan Kak Andro harus tetap semangat buat sembuh, oke," jawab Mentari penuh semangat memandang bergantian kepada Bintang dan Andromeda. Bintang menganggukkan kepalanya tak kalah semangat, sementara Andromeda hanya memandang Mentari sejenak, mengucapkan terima kasih dan kembali tersenyum melihat Bintang.
"Karena Bintang sudah membuat Kak Andro banyak tertawa dan tersenyum lagi, Kak Andro pingin menghadiahkan sesuatu buat Bintang. Bintang mau nggak kalau Kak Andro tangkepin satu kupu-kupu buat Bintang?" tanya Andro penuh semangat dan langsung dijawab teriakan mau dari Bintang sambil tertawa.
Andromeda bergegas berdiri dan mencari kupu-kupu diantara bunga-bunga yang ada di taman itu ketika Andromeda membungkuk memegangi ginjalnya karena  tiba-tiba ginjalnya terasa sakit. Mentari yang curiga pun bergegas menghampirinya. "Apa ginjal kamu sakit?" tanya Mentari. Andromeda menoleh ke Mentari yang ada di sebelahnya. "Aku nggak apa-apa, cuma sakit sedikit aja. Sudah sering seperti ini," jawab Andromeda pelan.
"Wajah kamu terlihat memucat, Dro...," sambung Mentari ikut sedikit membungkukkan badannya. "Aku baik-baik aja, Tari. Tolong kamu pegangin kupu-kupu ini dan berikan ke Bintang ya, aku takut kupu-kupu itu terlepas sebelum diterima Bintang," ujar Andromeda menyerahkan kupu-kupu yang berhasil ditangkapnya. Tangan Andromeda terlihat sedikit gemetar, tapi Mentari tahu Andromeda tidak ingin membahasnya lebih jauh. Mentari pun bergegas menghampiri Bintang sementara Andromeda terlihat berjalan agak pelan menyusulnya.
"Ini kupu-kupu dari Kak Andro buat Bintang," ujar Mentari sambil tersenyum lebar kepada Bintang, "Kak Andro sudah capek-capek menangkap kupu-kupu itu buat Bintang, Bintang jangan lupa bilang terima kasih ya". Bintang mengangguk sambil tersenyum kepada Mentari. Bintang terlihat bahagia memegang kupu-kupu hasil tangkapan Andromeda. Dengan senyuman lebarmya Bintang tak sabar menunggu Andromeda yang sedang berjalan kearahnya.
"Makasih banyak ya Kak Andro, kupu-kupunya cantik banget," ucap Bintang membuat Andromeda ikutan tersenyum.
"Kupu-kupunya cantik secantik Bintang. Karena Bintang udah bikin Kak Andro senyum dan tertawa," sambung Andromeda. Bintang tertawa kecil. "Berarti kupu-kupu ini juga secantik Kak Tari. Karena Kak Tari sudah membuat Bintang kembali tersenyum dan tertawa hari ini. Kak Andro setuju?" ujar Bintang lagi. Andromeda menoleh sejenak ke Mentari, kemudian tersenyum lebar kepada Bintang. "Iya Bintang, kupu-kupu ini cantik, secantik Bintang dan Kak Tari". Mentari tersenyum melihat Bintang yang tersenyum bergantian kepadanya dan Andromeda. "Jadi kupu-kupu cantiknya kapan mau dilepaskan lagi terbang bebas di alam?" tanya Mentari sambil membelai lembut rambut Bintang.
"Seperti yang Kak Tari pernah bilang ke Bintang, kupu-kupu itu indah saat dia dibiarkan terbang bebas. Kupu-kupu cantik, terima kasih sudah mampir yaaa..," ujar Bintang sembari melepaskan kupu-kupu di tangannya. "Aaaahhh....," tiba-tiba terdengar Andromeda setengah berteriak membuat Bintang dan Mentari terkejut. "Kak Andro marah ya karena Bintang melepas kupu-kupu pemberian Kak Andro?" tanya Bintang spontan. "Enggak, Bintang. Kak Andro setuju dengan apa yang dikatakan Kak Tari ke Bintang..., tadi Kak Andro spontan teriak aja kok," jawab Andromeda sambil tersenyum. Mentari bisa melihat, Andromeda menahan sakit itu, wajahnya juga terlihat pucat saat dia tersenyum.
"Yakin kamu baik-baik saja, Dro? Wajah kamu pucat soalnya," ujar Mentari dibalas dengan anggukan kepala oleh Andromeda. "Kak Andro kesakitan, ya?" tanya Bintang ikut khawatir. Andromeda makin melebarkan senyumnya. "Kak Andro baik-baik saja, Bintang. Cuma nyeri sedikit aja, seperti Bintang yang merasa sedikit nyeri di lukanya yang belum benar-benar kering, seperti itu juga Kak Andro merasa sedikit nyeri di ginjalnya. Iya kan, Kak Tari?" jawab Andromeda sambil menoleh dan tersenyum ke Mentari. Bintang pun menoleh ke Mentari seolah menunggu jawaban Mentari. "Iya, Bintang. Kak Andromeda nggak apa-apa, kok. Kak Tari cuma memastikan aja tadi," jawab Mentari sambil tersenyum.
"Oh iya, kalau Kak Andro pingin ketemu Bintang lagi, boleh nggak? Soalnya Kak Andro senang lihat Bintang, Bintang lucu sih bisa bikin Kak Andro tertawa".
Bintang mengangguk sambil tersenyum lebar. "Pasti boleh. Bintang juga seneng lihat Kak Andro sama Kak Tari tertawa bersama Bintang. Gimana kalo kita bertemu di taman ini setiap Senin, Rabu, dan Kamis di jam yang sama, Kak Andro?" tawar Bintang.
"Kalau Kak Andro pingin ketemu tiap hari, memangnya ga bisa?" tanya Andromeda sambil tertawa.
"Kak Tari mengajar Bintang tiga hari itu saja, Kak Andro...," balas Bintang sambil tersenyum kearah Mentari. "Kak Tari mau kan menemui Kak Andro lagi bersama Bintang?" tanya Bintang dengan memasang mimik berharap-harap cemas. Andromeda dan Mentari, yang melihat mimik Bintang, pun saling berpandangan sejenak kemudian sama-sama tertawa.
Waktu pun semakin sore, matahari tinggal menunggu setengah jam lagi sebelum terbenam. Bintang dan Mentari berpamitan pulang. Andromeda melepas keduanya dengan senyum lebar diantara sakit di ginjalnya yang makin terasa meski berusaha ia tahan.
Mentari baru selesai mengantarkan Bintang ke rumahnya ketika ia melewati taman itu lagi menuju jalur angkutan terdekat dan melihat Andromeda masih tidak beranjak dari tempatnya padahal matahari pun sudah terbenam.
"Kamu baik-baik saja, Dro?" tanya Mentari yang memutuskan menghampiri Andromeda karena ia khawatir laki-laki itu kenapa-napa. Sedikit tertegun, Andromeda menoleh keasal suara, terlihat Mentari sudah ada di sebelahnya. Ia masih terdiam menatap Mentari, ekspresinya berusaha menahan sakit.
"Ginjal kamu terasa sakit banget ya?" tanya Mentari lembut dengan raut khawatir. Andromeda mengangguk pelan.
"Dari tadi aku berusaha tahan, tapi malah makin sakit. Aku nggak kuat berdiri, Tari. Bisa tolong panggilkan taksi?" ucap Andromeda lirih.
"Iya aku bakal dapatin taksi secepatnya. Kamu tunggu disini sebentar ya," sambung Mentari. Mentari bergegas menuju jalan raya mencari taksi yang kosong. 15 menit kemudian, Mentari membantu sopir taksi memapah Andromeda kedalam taksi dan menemaninya pulang. Meski wajahnya pucat, Andromeda tetap berusaha tenang dan menahan rasa sakitnya.
"Maaf jadi ngrepotin kamu, Tari. Terima kasih sudah menolong dan menemani aku pulang," ujar Andromeda sambil tersenyum agak lama ke Mentari. Ini kali pertama Andromeda benar-benar tersenyum kepada Mentari. Mentari balas tersenyum. "Aku sama sekali tidak merasa direpotkan, Dro. Kamu sering sakit tiba-tiba seperti ini ketika sedang di taman?"
Andromeda menggelengkan kepalanya pelan. "Dua atau tiga kali mungkin termasuk hari ini. Biasanya meskipun sakit aku masih bisa bawa motor pulang dan dua kali sebelumnya aku ga kuat bawa motor sendiri, tapi aku bawa handphone, jadi bisa menghubungi orang rumah. Tapi hari ini handphone aku tertinggal di kamar, untung ada kamu, Tari. Sekali lagi, makasih ya".
Mentari menganggukkan kepalanya pelan. Andromeda terlihat kesakitan sehingga Mentari memintanya tidak lagi bicara.
20 menit kemudian, mereka akhirnya di rumah Andromeda. Rumah itu cukup besar dan asri, terlihat Andromeda berasal dari keluarga yang sangat berada. Mentari kembali membantu memapah Andromeda berjalan ketika seorang laki-laki tua menghampiri mereka dari dalam rumah dan segera mengambil alih tugas Mentari memapah Andromeda. "Mas Andro kok nggak menghubungi Pak Ahmad kalau ginjalnya sakit lagi seperti ini. Bapak kan bisa jemput," ujar laki-laki tua itu berusaha tetap tenang meskipun jelas terlihat ia mengkhawatirkan Andromeda.
"Iya, Pak maaf, handphone aku tertinggal di kamar," jawab Andromeda pelan tapi berusaha menenangkan laki-laki tua itu.
Terlihat perempuan sebaya dengan laki-laki tua itu membukakan pintu sebuah kamar di rumah itu, sepertinya kamar Andromeda.
"Bu Aisyah, tolong buatin coklat hangat ya buat teman Andro, dia yang bantu mengantarkan Andro pulang. Tolong temani dia ngobrol ya, Bu, " ujar Andro lirih ditanggapi dengan anggukan kepala perempuan tua itu.
Andromeda menoleh sejenak ke Mentari yang hanya bisa mengamati diri Andromeda dan bingung musti berbuat apa untuk membantu Andromeda. "Tari, aku tinggal istirahat di kamar dulu, maaf tidak bisa menemani kamu, sekali lagi terima kasih,"  sambung Andro berusaha tersenyum dibalas Mentari dengan senyuman dan anggukan kepala.
Mentari pun duduk di ruang tamu rumah Andromeda, segelas coklat hangat menemaninya bersama Bu Aisyah. "Makasih banyak ya, Nak Tari, sudah menemani Mas Andro pulang. Tadi kami sudah khawatir setelah Maghrib tapi Mas Andro nggak pulang-pulang, biasanya dia pulang sebelum maghrib. Pak Ahmad sudah mau nyariin, alhamdulillaah ternyata ada yang menolong Mas Andro pulang".
Mentari tersenyum. "Kalau boleh Tari tahu, Bapak dan Ibu siapanya Andromeda?"
"Kami yang membantu di rumah ini, Nak. Nama saya Aisyah dan laki-laki tadi suami saya, namanya Ahmad. Kami sudah lama bekerja dengan ortunya Mas Andro, sejak Mas Andro masih TK. Orang tua dan kakak satu satunya Mas Andro semuanya tinggal di luar negeri karena tuntutan pekerjaan, tapi Mas Andro tetap pingin tinggal dan kuliah di Indonesia. Jadinya, kami yang ditugasi menjaga Mas Andro disini, apalagi sejak Mas Andro sering sakit beberapa bulan ini, jelas Ibu Aisyah kepada Mentari.
"Memang seberapa serius sakit ginjal Andro, Bu?"
"Kedua ginjal Mas Andro sudah tidak berfungsi dengan baik, Nak Tari. Sudah beberapa bulan ini, keluarga Mas Andro mencari donor ginjal buat Mas Andro, tapi belum juga ada yang cocok. Bapak dan ibu Mas Andro pernah menawarkan satu ginjal mereka untuk diperiksa siapa tahu ada yang cocok, tapi Mas Andro dengan tegas menolaknya. Dia mengkhawatirkan kesehatan orang tuanya," lanjut Ibu Aisyah.
Terlihat Pak Ahmad menghampiri ke ruang tamu.
"Bagaimana kondisi Andro sekarang, Pak? Apa dia masih kesakitan? Apa tidak sebaiknya diperiksakan ke dokter, Pak? tanya Mentari spontan dengan cemasnya. Entah mengapa Mentari mencemaskan Andromeda seperti dia mencemaskan Bintang padahal mereka baru saling mengenal. 
"Mas Andro sekarang sudah tertidur. Dia sudah minum obat juga untuk mengurangi rasa sakitnya. Mas Andro bilang nggak mau dipanggilkan dokter, tapi barusan bapak sudah telepon dokter yang merawat sakit Mas Andro, sengaja menunggu Mas Andro tertidur dulu, insyaa Allah beliau datang satu atau dua jam lagi". 
"Kalau begitu, Mentari pamit pulang dulu," ujar Mentari hendak berdiri dari duduknya ketika kertas sketsa milik Andromeda yang tadi sengaja dipungut Mentari saat terjatuh di bangku taman, terjatuh ke lantai. Ada beberapa sketsa mimik wajah disana, Andromeda sengaja membuatnya bertahap lapis demi lapis. Di lapisan paling bawah, terlihat mimik penuh senyuman disana dan sebuah kata "HOPE ?". 
"Biar Pak Ahmad antar Nak Tari pulang ya, tadi Mas Andro berpesan seperti itu," ujar Pak Ahmad membuat Mentari mendongakkan kepalanya dari ketertegunannya sejenak.
Mentari tersenyum kepada kedua suami istri di hadapannya yang sedang tersenyum kepadanya. "Terima kasih banyak tawarannya, tapi saya bisa pulang sendiri. Jam segini angkutan masih ramai. Lagipula Andromeda dan Bu Aisyah membutuhkan Pak Ahmad disini". 
Mentari kembali memandangi kertas sketsa milik Andromeda yang masih ada di tangannya, 
"Pak Ahmad dan Bu Aisyah, apa saya boleh melihat Andro sebentar?" tanya Mentari. Pak Ahmad dan Bu Aisyah pun menyilahkan dan menemani Mentari masuk ke kamar Andromeda. Andromeda terlihat tertidur pulas meski wajahnya terlihat pucat. Melihat Andromeda saat itu, membuat Mentari teringat Bintang. 
"Tiga hari terakhir, Mas Andro sepertinya kurang tidur padahal Dokter bilang menjaga stamina Mas Andro biar tidak drop itu penting. Kami nggak tahu apa yang sedang membuat Mas Andro risau. Makanya kami khawatir saat dia ga kunjung pulang tadi," ujar Pak Ahmad. Mentari duduk di samping ranjang Andromeda, memandangi laki-laki yang sore tadi berbagi senyum tawa bersama Bintang dan dirinya itu lalu menuliskan sesuatu di kertas sketsa Andromeda di lapisan paling akhir alias bawah. 
"Harapan itu selalu ada selama kita tidak pernah menyerah berusaha dan berdoa. Kamu insyaa Allah bisa tersenyum seperti dulu lagi. Seperti hari ini, siapa yang sangka laki-laki yang dingin dan berwajah murung di taman itu akhirnya bisa tersenyum dan tertawa setelah bertemu BINTANG. Di perjalanan pulang, Bintang dengan ceria bilang, dia senang sekali akhirnya bisa melihat senyum dan tawa kamu. Bintang akan selalu menunggu melihat senyum dan tawa kamu lagi dan lagi. See you with your smile again, Dro. BINTANG AND I BELIEVE THAT YOUR HOPE WILL BE TRUE SOON, ANDROMEDA". 
Mentari letakkan kertas sketsa itu dibawah tangan Andromeda yang berada diatas dada Andromeda sembari membetulkan selimut Andromeda. Lalu Mentari pun pamit pulang.
~ Bersambung ~

CAST : Rizzar as Andromeda; Ara as Mentari; X  as Bintang
DOUBLE CAST : Rizky Nazar as Rizzar and Anisa Rahma as Ara

Part Setelahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar