Selasa, 17 Oktober 2017

See You Again When The Next Blue Moon Appears Part 10 : Jarak


PART 10. JARAK

Dari AHSAN Buat HASNA

Sejak hari keberangkatan Hasna ke Papua, baik Ahsan maupun Hasna saling menjaga hati masing-masing meski pada praktiknya hati susah-susah gampang buat dijaga. Setelah kondisi Ahsan membaik dan diizinkan keluar dari rumah sakit, Ahsan kembali aktif mengajar di kelas bantaran rel. Hal pertama yang dilakukan laki-laki itu buat Hasna adalah mengirimkan video peta Indonesia yang sudah tergantung di dinding kelas bantaran rel dilengkapi bonus ucapan terima kasih dari keempat volunteer rekan Ahsan dengan gaya koplak sambil bercanda menggoda Ahsan dan Hasna seperti biasa. Ardi, Raka, Bayu, dan Azka bergantian menampakkan wajah mereka di video itu.
"Halo Kak Hasna, makasih ya udah ngebeliin adik-adik peta Indonesia buat mereka belajar. Hari pertama peta itu dipasang Kak Ahsan, kita berlima kewalahan menanggapi pertanyaan adik-adik yang luar bisa imajinasinya he he," ujar Raka dengan senyum teduhnya seperti biasa.
"Iya Na, bahkan ada yang nanyain ada ga peta yang lebih gedhe biar kelas bantaran rel kelihatan di peta he he. Jadinya kita akhirnya menyanggupi buat nge-print-in mereka peta sekitar kelas bantaran rel dari google maps buat ditempel di kelas he he," sahut Azka dengan senyum lebarnya, "tapi makasih lho Na, gara-gara peta Indonesia dari kamu... adik-adik pada semangat menghafal posisi provinsi dan kota-kota besar di Indonesia".
"Iya Kak Hasna, makasih banyak yaaa... Kalo kata adik-adik disini... Kak Hasna tercantik... eh terbaik ding...soalnya takut dipelototin Kak Ahsan kalo ngegodain kamu ha ha," sambung Bayu sambil tertawa kecil dan melihat kearah pembuat video yang terdengar lirih tertawa diantara tawa rekan-rekannya.
"Iya Na.. kita sekalian ngewakilin adik-adik intinya ngucapin terima kasih buat petanya. Peta dari kamu bermanfaat banget pastinya, bukan hanya buat adik-adik belajar tapi juga buat kakak-kakaknya belajar lagi mengenal daerah-daerah di Indonesia yang kaya banget ini," sambung Ardi dengan tawa riangnya seperti biasa sambil sesekali ekspresinya terlihat sengaja ngegodain Ahsan yang ada di hadapannya.
"Oh iya, Na... sepertinya Ahsan perlu satu peta lagi deh Na, peta menuju hati kamu, jaga-jaga biar nggak nyasar he he he," lanjut Ardi yang langsung mendapat teriakan spontan dan lemparan spidol dari Ahsan, membuat ruangan itu makin pecah dalam tawa .
Sementara Ahsan, si pembuat video, hanya suaranya terdengar disana, laki-laki itu terlihat tertawa sesekali menanggapi candaan rekan-rekannya kemudian memberikan kalimat penutup dengan sedikit malu-malu pada video itu tanpa menampakkan wajahnya.
"Terima kasih banyak ya, Na. Tetap semangat dan jaga kesehatan ya disana... Hmm semoga semuanya berjalan lancar biar kamu bisa pulang tepat waktu dan bergabung lagi bersama kita di kelas ini he he," terdengar suara Ahsan, berhasil menautkan Ahsan dengan Hasna lewat senyuman meski fisik mereka berjauhan.
"Terima kasih juga buat Kak Ahsan karena sudah berbaik hati, mau direpotkan Kak Hasna buat membelikan dan memasangkan peta Indonesia he he. Makasih ya," ketik Hasna diakhiri dengan emoji senyuman.
Video singkat itu sepertinya diambil Ahsan dengan dadakan karena tak ada adik-adik kecil disana saat itu, kemungkinan seusai kelas bubar. Saat itu, para volunteer kadang melakukan review dan briefing materi yang sudah dan akan diajarkan atau mendiskusikan sesuatu lainnya yang dianggap perlu, bisa jadi membicarakan acara persami (perkemahan sabtu minggu) di alam terbuka adik-adik kelas bantaran rel yang direncanakan empat minggu lagi.
Setiap Rabu dan Sabtu, Ahsan selalu menceritakan kejadian di kelas bantaran rel ke Hasna lewat whatsapp, seolah menunaikan janjinya ke perempuan itu. Hasna pun selalu antusias menanggapi cerita demi cerita dari Ahsan. Meski tak setiap hari, tiga atau empat hari sekali Hasna mengunggah foto atau video singkat di instagramnya tentang hari-harinya di Papua, lingkungan dan alam sekitar yang Hasna lihat atau berbagi keceriaan dan kepolosan adik-adik yang menjadi objek proyek pendidikan tempat Hasna bekerja. Caption Hasna pun ringan seperti layaknya orang sedang bercerita. Di setiap unggahan Hasna, dapat dipastikan Ahsan tak pernah absen untuk meninggalkan tanda like disana meski laki-laki itu bukan follower Hasna sebagaimana Hasna yang juga tidak mem-follow instagram Ahsan. Pun tak ada komentar dari Ahsan di setiap postingan Hasna tersebut. Keduanya seolah sepakat tetap menjaga jarak di media sosial meski tetap saling mengintip akun satu sama lain. Meski demikian, beberapa kali Ahsan justru mengomentari foto yang diunggah Hasna di status whatsapp-nya, menempel di cerita rutin Ahsan tentang kegiatan kelas bantaran rel.
Seperti Sabtu itu, Ahsan bercerita tentang kegiatan perkemahan yang sudah matang dan ditetapkan oleh kakak volunteer dua hari setelah Hasna pulang dari Papua sesuai jadwal gadis itu. Ahsan juga bercerita bahwa tadi sore, diadakan kuis kecil-kecilan menebak lokasi kota, gunung, laut serta danau di peta Indonesia berhadiah ice cream. Ide itu berawal gara-gara mereka sama-sama ngelihat dan akhirnya ngebahas status Hasna saat ketemuan di kantin kampus selepas sholat Jumat. Tiba-tiba mereka teringat kuis berhadiah coklat buat adik-adik yang pernah diusulkan Hasna dulu dan sudah lama tidak pernah dilakukan lagi.
"Itu beli ice cream-nya dimana, San? Kan ice cream cepat mencair dan bukannya kelas bantaran rel agak jauh dari penjual ice cream?"
"Salah satu kakak stand by di minimart yang jual ice cream, Na he he. Pas semua adik-adik udah ngejawab, baru deh ice cream-nya dibagiin he he".
" :D :D . Jadinya kalian patungan berlima buat beli ice creamnya, San?" tanya Hasna diakhiri dengan emoji senyum. Waktu di Papua sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Ahsan berbagi cerita aktivitas kelas bantaran rel hari itu.
"He he... rencana awalnya sih begitu, Na. Tapi berhubung hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun aku, jadi aku yang menraktir ice cream-nya. Sekalian pingin berbagi 'ala-ala' aja sama adik-adik meski mereka tetap harus jawab kuis dulu :D".
Hasna tersenyum di tempatnya. Gadis itu bukannya tidak tahu tanggal lahir Ahsan, bahkan semua tanggal lahir keempat cowok teman Ahsan pun dia tahu. Namun Hasna ragu memberi ucapan ke Ahsan lewat whatsapp terlebih lewat medsos seperti instagram, facebook, twitter. Hasna takut berlebihan.
"Oh iya, Kak Ahsan ultah ya hari ini :).
Semoga selalu ditunjukkan yang terbaik dalam kehidupan kamu ya, San. Makin berkah dan bermanfaat dalam kebaikan di kehidupannya, serta makin sukses dunia akhirat. Semoga sehat dan bahagia selalu ya :). Semangat menjadi manusia yang lebih baik lagi :).
Berbagi itu bukan selalu tentang sedikit atau banyak uang/jumlah yang bisa dibagi, tapi membagi apa yang bisa dan ikhlas kita bagi :). Makasih ya, Kak Ahsan udah berbagi ice cream sore ini. Pasti adik-adiknya pada senang sore ini. Btw, Kak Hasna juga mau ice cream, Kak Ahsan he he," ujar Hasna diikuti dengan gambar ice cream dan senyuman.
Ahsan tertawa kecil membacanya. "Aamiin, makasih banyak doanya, Na :).
Ice cream? Boleh..., nanti sepulang kamu dari Papua, kamu boleh minta traktir ice cream, Na... tapi ada syaratnya. Kamu harus jawab kuis seputar peta dulu seperti adik-adiknya he he".
Hasna tersenyum lebar di tempatnya,"Siaaaap, siapa takut :D".
"Oh iya Na, status whatsapp kamu kemarin lucu banget, setiap anak menceritakan kembali buku cerita yang dia baca ke teman-temannya ya. Saling berbagi cerita dan pengetahuan dengan cara sederhana ya. Seruuu banget kayaknya ditambah kakak-kakaknya pada semangat gitu he he," sambung Ahsan antusias mengomentari status Hasna.
" :D :). Iya kebahagiaan tersendiri ngelihat mereka mau menceritakan kembali ke teman-temannya dengan versi masing2... bener-bener polos banget :D.
Inti dari kegiatan itu adalah saling berbagi sekaligus melatih keberanian dan kepercayaan diri adik-adiknya. Sebagai penghargaan mereka yang sudah berani bercerita, kita siapkan hadiah kecil segelas susu dan roti he he".
"Iyaaa... seru banget kayaknya mulai dari malu-malunya adik itu saat memulai cerita sampai keceriaan mereka pas makan roti dan minum susu sama-sama he he. Two thumbs up sama ide kalian, sederhana tapi mengena :D :). Satu hal yang aku percaya dan tetap ingin percayai bahwa hal-hal baik itu menular dan bisa ditularkan sekecil apapun itu :). Dan kamu salah satu orangnya yang membuat aku percaya, Na :). Sayangnya kamu ga kelihatan di foto itu, Na he he. Tapi gapapa, yang penting kamu sehat kan? :)"
" :D :D. Kamu bisa aja, San :). Semangat saling menularkan kebaikan ya :). He he he aku Alhamdulillaah sehat, San. Kamu juga jaga kesehatan ya biar typusnya nggak kambuh lagi :)".
"He he, iya Na... makasih ya :). Ya udah, pasti udah malam banget di Papua.. selamat istirahat aja ya, Na biar besok bisa beraktivitas dengan penuh semangat. Sampai jumpa lagi di laporan kelas hari Rabu, insyaa Allah :D :D"
"Selamat istirahat juga, Kak Ahsan yang baik. Makasih ya sudah mau berbagi cerita. Jadinya aku tetap berasa dekat dengan kelas bantaran rel meski sedang berada di Papua :). Jauh di mata namun dekat di hati kalo kata RAN he he".
Ahsan lagi-lagi tersenyum membacanya. "Jauh di mata dekat di hati itu berlaku buat adik-adik kelas bantaran rel atau termasuk buat kakak volunteernya, Na? :D :P".
Kalimat Ahsan itu pun membuat Hasna tak bisa menahan tawanya meski gadis itu berusaha tetap melirihkan suaranya, tak ingin membuat rekan perempuan sekamarnya terbangun. Maklum, hari Sabtu itu cukup panjang dan melelahkan fisik bagi Hasna dan timnya dengan segudang aktivitas proyek mereka.
Hasna senyum-senyum geli sendiri membaca ulang kalimat Ahsan itu.
"Buat semua yang ada di kelas bantaran rel pastinya, Kak ... termasuk Kak Raka, Kak Bayu, Kak Azka, dan Kak Ardi juga Kak Ahsan... he he," jawab Hasna dibalas emoji tawa dari Ahsan.
Hari terus berlalu dan jadwal kepulangan Hasna tinggal lima hari lagi. Entah kurang kerjaan atau emang niat, di kalendar meja kamarnya Ahsan menandai tanggal keberangkatan kepulangan Hasna dengan bulatan dan tiap Rabu serta Sabtu laki-laki itu menandai silang untuk tanggal-tanggal yang sudah terlalui (niat banget yak :D). Hari Sabtu siang itu seperti biasa, Ahsan berangkat ke kelas bantaran rel dengan naik KRL. Setiba di stasiun dekat kelas, Ahsan tak langsung beranjak keluar, entah kenapa tiba-tiba ia ingin duduk sejenak, menunggu KRL dari arah Hasna biasa naiki berhenti di stasiun itu. Setelah itu, Ahsan bergegas menuju pintu keluar, tatapannya tertuju ke tempat biasanya ia dan Hasna bertemu sebelum jalan bareng ke kelas bantaran rel. Entah kenapa, hari itu Ahsan ingin melakukannya, menyusuri hal-hal yang biasa ia lakukan bersama Hasna.
"Ada apa dengan aku ya? Apa aku kangen sama Hasna?" tiba-tiba pertanyaan itu menghinggapi pikiran Ahsan. Laki-laki pun menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Ingat...kamu harus tetap jaga hati baik-baik buat Hasna, San".
Sore itu, pelajaran bahasa inggris berjalan seperti biasa, kali ini Ahsan terlihat mengajar sendirian dengan lebih bersemangat dari biasanya, ia bukan hanya mewakili dirinya sendiri tapi berusaha mewakili semangat Hasna. Selama Hasna di Papua, dua kali teman-temannya bergantian menemani Ahsan menggantikan Hasna.
Setelah kelas bahasa inggris usai dan adik-adiknya pulang, Raka meminta waktu sejenak untuk berdiskusi.
"Gue barusan dapat kabar dari Hasna, sepertinya dia bakal mundur jadwal pulangnya. Hasna minta maaf karena sepertinya dia ga bisa ikut persami Sabtu depan," ujar Raka membuka diskusi.
"Emang kenapa kata Hasna, Ka?" tanya Ardi.
"Bara sakit dan diopname pagi tadi. Katanya sih sakit maag akut dan kena malaria juga. Jadinya Hasna dan tim selain ngerjain proyek mereka juga harus ngejagain Bara".
Ahsan hanya menyimak ucapan Raka itu, tak bersuara apapun meski ia merasa ada kalanya tatapan teman-temannya sejenak kearahnya. Entah apa yang dirasakan Ahsan saat itu. Jujur hatinya terusik dengan fakta Hasna merawat Bara karena itu membuat peluang keduanya mendekat lebih besar. Namun, ia juga sudah bertekad mengikhlaskan Hasna sampai ia benar-benar siap berkomitmen dengan gadis itu.
Ardi terlihat menepuk pelan bahu Ahsan tanpa suara dan Ahsan membalasnya dengan berusaha tetap tersenyum.
"Jadwal persami adik-adik nggak mungkin kita undur... Artinya, mau ga mau, tugas-tugas yang kemarin udah kita bagi dengan asumsi Hasna ikutan, kita ubah lagi ya. Ada usulan?" terang Azka melanjutkan ucapan Raka.
"Langsung kita distribusiin lagi aja tugas Hasna ke kita berlima," jawab Bayu diikuti anggukan Raka, Azka, dan Ardi kecuali Ahsan.
"Gimana, San... loe juga setuju kan?" tanya Raka membuyarkan Ahsan yang sesaat sibuk dengan pikirannya sendiri.
Ahsan tersenyum. "Tentu gue setuju. Nanti biar sebagian tugas Hasna gue yang ngerjain, ga masalah," jawab Ahsan sembari menganggukkan kepalanya dengan ekspresi kembali biasa. Seperti tekad Ahsan tentang Hasna, laki-laki itu ingin bersikap lebih dewasa soal rasa meski di dalam hatinya ada ketidaknyamanan yang datang tanpa bisa dicegah.
"Loe baik-baik aja kan, Bro?" tanya Ardi disambut tawa lirih Ahsan.
"Gue baik-baik aja, kan Bara yang sakit...". Keempat kawannya itu terlihat sedang menatap kearahnya. "Gue percaya kalo jodoh ga akan kemana, guys... . Begitupun Hasna," jawab Ahsan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Sabtu malam itu, waktu menunjukkan pukul 19.20 Wib saat Ahsan baru selesai sholat Isya kemudian melihati kalendar mejanya yang berhiaskan tanda silang dan bulatan. Ahsan meraih handphone-nya dan mulai menceritakan kejadian di kelas bantaran rel ke Hasna seperti biasa sesuai janji yang diucapkan laki-laki itu ke Hasna di bandara. Bedanya, kali ini Ahsan tidak mengomentari status Hasna. Hasna pun membalasi cerita Ahsan dengan antusias seperti biasanya.
"Gimana kondisi Bara, Na?" tanya laki-laki itu akhirnya via pesan whatsapp.
"Kondisi Bara masih drop dan belum bisa masuk makanan, tapi sudah agak lebih baik dibandingkan tadi pagi ketika kita bawa ke UGD.
Bara kadang terlalu menganggap remeh kesehatannya. Padahal dari kemarin juga udah kelihatan drop, makan ga banyak dan demam tapi tetep aja dia kerja ngurus sana-sini.
Tadi aja, dia sebenernya nolak buat ke rumah sakit sampai kami yang cewek akhirnya ikutan maksa dia. Dan bener aja, Bara pingsan di tengah perjalanan ke rumah sakit, tapi untungnya nggak terlalu terlambat ditanganinya".
Hasna berhenti mengetik ke Ahsan, ia merasa terlalu detail bercerita ke Ahsan yang sebenernya laki-laki itu tidak perlu tahu.
"Raka bilang Bara sakit maag akut dan malaria. Apa itu bener, Na? Bukannya Bara biasa keluar masuk pedalaman?"
"Iya, San... kami sempat mengira gejala typus, tapi setelah diobservasi ternyata maag akut dan malaria. Mungkin karena memang staminanya drop kali ya, makanya malarianya kambuh".
"Apa kamu sekarang sedang di rumah sakit, Na? Apa orang tua Bara sudah datang kesana, Na?"
"Iya, malam ini aku dan temen yang nemenin Bara, tidur di rumah sakit. Bara sebenarnya bersikeras kalo dia ga perlu dijagain dan nggak mau memberitahu orang tuanya juga tentang sakitnya, San. Dia juga ga mau kerjaan tim terhenti gara-gara dia sakit. Akhirnya aku terpaksa juga ga mau kalah keras 'ngotot' ke Bara kalau kami tetap bakal gantian ngejagain Bara. Aku dan temen cewek sekamar aku yang bakal lebih banyak ngejagain karena temen cowok yang lain tetap ngerjain urusan proyek kami. Namanya satu tim, saat anggota yang satu sakit maka yang lain juga ikut merasakannya".
Lama tak ada jawaban dari Ahsan, membuat Hasna dihinggapi khawatir apa mungkin ia bercerita yang tidak perlu.
"Maaf kalau aku terlalu panjang lebar bercerita soal Bara, San".
Ahsan is typing, "Gapapa, Hasna :)".
"Maaf ya, San karena aku ga bisa ikutan persami bersama kalian dan adik-adik kelas bantaran rel Sabtu depan. Padahal kamu dan teman-teman udah sengaja nentuin tanggal itu biar aku bisa ikutan. Maaf ya... ".
"Nggak apa-apa, Na. Namanya juga kejadian di luar rencana. Bukan salah kamu, Na".
"Iya, aku tahu ini bukan salah siapa-siapa, San...tapi tetap aja aku ngerasa ga enak ke kamu dan yang lainnya. Kalian harus mengganti lagi pembagian tugas gara-gara aku. Padahal sesuai rencana aku dan kamu bakal satu tim ngejagain sebagian adik-adiknya, tapi akunya ga bisa. Maaf banget ya".
Ahsan mengetikkan emoji senyum buat Hasna.
"Kamu tenang aja, Na. Aku janji bakal gantiin kamu buat ngejagain adik-adiknya bareng sama teman-teman yang lain, insyaa Allah. Nanti aku bakal ceritain jalannya Persami itu ke kamu biar kamu berasa ada disana juga. Okay? :)"
Hasna balas tersenyum. Ahsan selalu punya 'cara' memenangkan hatinya dengan uniknya.
"Kamu jagain Bara baik-baik ya, Na karena itu kewajiban kamu dan tim untuk menjaganya. Tapi inget... kamu juga harus tetap jaga kesehatan, jangan sampai jatuh sakit juga :). Jangan lupa makan yang teratur, istirahat yang cukup dan diminum pil kinanya ya, Na".
Hasna tersenyum lebar membacanya. Ia merasa kalimat laki-laki itu semakin dewasa terutama menyikapi soal Bara.
"Iya... makasih banyak, Kak Ahsan yang sangat baik :). Titip adik-adik kelas bantaran rel termasuk saat persami ya :D," tulis Hasna dibalas emoji senyum lebar dan tanda jempol Ahsan ke gadis itu.
Setelah saling mendoakan kebaikan dan kesehatan satu sama lain serta berbalas salam, percakapan keduanya berakhir.
Hasna memeriksa percakapan di whatsapp yang belum dibacanya dan sekilas melihat status teman-temannya ketika ia melihat status baru dari Ahsan yang membuat gadis itu tersenyum tersipu di tempatnya.

"Jika aku disini menjaga, aku harap kamu disana pun menjaga.
Jika aku disini berdoa, aku harap kamu disana terjaga."

~Bersambung ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar