Jumat, 10 Juni 2016

Ada Kisah Kita Diantara Kamu dan Aku : Rizzar Ara Part 6 - Akhir Sebuah Kebohongan

Sebelumnya: Part 5

Rizzar Ara Part 6 - Akhir Sebuah Kebohongan

Malam itu, Viko dan ceweknya pun bertemu dengan Ara yang sengaja datang ditemani kakak perempuannya di cafe yang sama dengan hari sebelumnya. Dengan membawakan sekotak kue black forest buat Viko dan ceweknya, Ara mengucapkan berkali-kali rasa terima kasihnya buat keduanya terutama cewek Viko yang sudah berkenan meminjamkan Viko berakting jadian dengan dirinya.  Mereka pun terlibat obrolan ringan sekitar 10 menit ketika kemudian Ara berpamitan.
"Ya udah, aku ga mau mengganggu kalian berdua lebih lama lagi, aku dan kakakku pamit cari tempat duduk lain, ya," ujar Ara tersenyum lebar ke Viko dan ceweknya.
"Kita ga merasa terganggu kok, Ra. Gabung aja, gapapa," jawab Viko ditambah anggukan kepala dari ceweknya, tapi Ara tetap bersikeras mencari kursi yang terpisah. Ara dan kakaknya pun akhirnya memilih kursi di lantai  dua kafe tersebut.
 Beberapa saat kemudian, Viko dan ceweknya asyik menikmati waktu makan malam mereka ketika seseorang berdiri di hadapan mereka. Viko mendongak, ada ekspresi terkejut disana, terlihat Rizzar sedang menatapnya tajam dan serius, sementara cewek Viko hanya bisa diam.
"Ada yang aku mau tanyain ke loe, Vik. Bisa kita bicara sebentar di parkiran?" ujar Rizzar dingin, setelah melirik ke perempuan di sebelah Viko sejenak. Viko balas menatap Rizzar, ada amarah di mata Rizzar. Viko pun mengangguk. Kalimat Ara sebelumnya tentang seberapa lama kebohongan bisa bertahan kembali terngiang di pikiran Viko. Mereka berdua pun bergegas keluar.
Di parkiran, hening menyapa diantara Rizzar dan Viko sejenak ketika kemudian Rizzar memecahnya.
"Siapa cewek itu, Vik? Jangan loe bilang dia cuma temen atau saudara," ujar Rizzar serius.
Viko tersenyum kearah Rizzar, Rizzar pasti bisa membaca gesture  diantara Viko dan ceweknya, Viko merasa kebohongannya harus berakhir. "Dia...dia cewek gue, Riz," jawab Viko dengan tegas. Rizzar menatap tajam Viko, "Lalu Ara... ?"
Viko masih diam menatap Rizzar. "Bukannya loe baru jadian sama Ara? Jawab, Vik," tanya Rizzar lagi. Viko tetap terdiam, dia ragu bicara sebenarnya karena itu artinya akan membuat hubungan Rizzar dan Ara kembali tegang bahkan mungkin lebih parah dari sebelumnya.
"Soal Ara,.... gue minta maaf, Riz," ucap Viko. Keduanya saling menatap, tatapan marah dari Rizzar bertemu dengan tatapan Viko ketika kemudian satu pukulan mendarat di wajah Viko.
"Loe udah janji ga bakal nyakitin Ara, Vik," lanjut Rizzar sambil setengah mencengkeram baju Viko.
Viko hanya tersenyum tipis, ia baru menyadari kebohongannya menjadi buah simalakama baginya.
"Gue minta maaf, tapi... itu sebenarnya bukan urusan loe juga, Riz. Loe juga bukan siapa-siapa Ara, jadi kenapa loe harus marah, Bro," lanjut Viko. Rizzar menatap tajam Viko dengan tingkat kemarahan yang lebih dari sebelumnya. "Itu urusan gue, Vik... apapun alasannya," ujar Rizzar sambil bersiap melayangkan satu pukulan lagi ke Viko.

"Berhenti, Riz... jangan lakukan itu," suara Ara membuat Rizzar dan Viko langsung kompak menoleh ke asal suara. Ara sedang berdiri sendirian tak jauh dari keduanya.
"Ara... kok kamu ada disini? Kamu baru datang, ya?" tanya Rizzar dengan wajah tertegun.
Ara menggelengkan kepalanya. "Ceweknya Viko menghampiri aku yang lagi makan bareng kakak diatas, Riz. Kalau kamu ingin marah, marahnya ke aku aja, jangan ke Viko," lanjut Ara.
"Aku nggak ngerti, apa maksud kamu, Ra? Jadi kamu tahu tentang cewek Viko?" tanya Rizzar lagi sambil menoleh bergantian kearah Ara dan Viko. Ara terdiam tetap menatap Rizzar, sejenak ia bingung harus menjawab apa. Sementara itu, Viko pun bingung harus berbuat apa.
"Aku... aku.... aku sama Viko hanya berpura-pura jadian, Riz. Viko.... cuma mau membantu kita biar bisa berteman seperti dulu lagi... .Maaf...".
Rizzar tertegun mendengar ucapan Ara, matanya kini tajam menatap Ara dengan ekpresi kecewa membuat Ara makin diselimuti rasa bersalah.
"Gue yang salah, gue yang ngusulin ke Ara rencana ini karena gue ngerasa prihatin dengan apa yang terjadi diantara loe dan Ara. Gue cuma ingin melihat kalian bisa dekat dan bercanda lepas seperti dulu lagi," ucap Viko berusaha menjelaskan. Rizzar masih diam, ia mendengar dengan jelas ucapan Viko itu, tapi matanya tetap tak lepas menatap tajam Ara.
"Loe seharusnya ga perlu mengusulkan ide ini, Vik. Tapi bukan itu poinnya. Intinya Ara mau melakukan kebohongan ini biar bisa lebih dekat dengan gue dan gue ga bisa terima itu". Hening menyapa diantara ketiganya sejenak, sementara cewek Viko terlihat memperhatikan ketiganya dari tempatnya duduk.
"Aku... benar-benar minta maaf, Riz. Aku menyesal karena melakukan kebohongan ini buat mengemis pertemanan yang lebih baik buat kita. Aku... mengaku salah," sambung Ara balas menatap Rizzar diantara rasa bersalahnya ke laki-laki itu.
Rizzar mengalihkan tatapannya kearah lain kemudian menoleh ke Viko.
"Maaf gue udah memukul loe untuk sesuatu yang seharusnya gue ga perlu peduli. Bener kata loe, apapun yang terjadi ke Ara itu bukan urusan gue. Dia... dia... bukan siapa-siapa gue. Loe boleh balas pukul gue Vik biar impas," sambung Rizzar.
Viko tersenyum menggelengkan kepalanya pelan.
"Gue cuma memar dikit doank, Riz. Lagipula loe kan besok bakal syuting film baru, ga lucu kan kalo muka loe memar gara-gara gue he he. Lagian gue biasanya juga cuma pemeran pembantu, ga seperti loe yang biasa jadi pemeran utama, jadi ga masalah kalo gue memar dikit gini doank," ujar Viko setengah bercanda berusaha mencairkan suasana.
"Lagipula, kalo gue mukul loe balik, apa itu bisa membuat hubungan loe dan Ara baikan, Riz?" sambung Viko tegas.
Rizzar terdiam tersenyum tipis ke Viko lalu  kembali menatap Ara. Terlihat Ara juga menatap Rizzar.
"Diantara gue sama Ara, kami sepakat untuk saling menjaga jarak dan Ara tahu apa alasannya, tapi sekarang dia melakukan kebohongan ini buat bisa dekat dengan gue lagi. Gue benar-benar kecewa ke Ara. Akan lebih baik kalau gue dan Ara makin menjauhkan diri satu sama lain".
Rizzar menoleh kearah Viko. "Sekali lagi sorry buat kebodohan gue mukul wajah loe gara-gara Ara. Gue pulang dulu, Vik".
"Rizzaaaar, please kalian bicarakan lagi tentang ini baik-baik, Riz. Tolong beri kesempatan Ara buat menjelaskan ke loe alasannya".
"Ga ada yang perlu dibicarakan lagi diantara kami, Vik," ujar Rizzar dingin sambil menatap tak kalah dingin ke Ara lalu pergi. Ada hal yang mengganjal di hati Rizzar ke Ara saat itu sebenarnya, tapi Rizzar berusaha menyangkalnya. Rasa kecewa dan marahnya ke Ara mengalahkan segalanya.
Viko mendekati Ara yang memandangi punggung Rizzar, mematung di tempatnya berdiri.
"Ra..., maafin aku ya, aku ga menyangka rencana ini jadi berantakan seperti ini".
Ara tersenyum lebar menoleh kearah Viko sambil menggelengkan kepalanya, "It's okay, Vik. Seperti yang Rizzar bilang, ini salah aku, bukan kamu. Harusnya aku tidak menyetujui rencana ini meski kamu berniat baik".
"Maaf ya, gara-gara aku, wajah kamu jadi memar, kegantengan kamu jadi berkurang deh" sambung Ara setengah bercanda dibalas Viko dengan senyuman lebarnya sambil  menggelengkan kepalanya. Ara lagi-lagi terdiam kembali menatap punggung Rizzar yang semakin jauh, seolah ia berusaha mengikhlaskan apapun yang bakal terjadi diantara dirinya dan Rizzar setelah malam itu. "Maaf, Riz...," batin Ara.
"Ra, ayo aku temani kamu menjelaskan ke Rizzar ya...".
Lagi-lagi Ara menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum lirih sambil tetap menatap punggung Rizzar. "Ga perlu, Vik. Ga akan ada gunanya. Mungkin saling berjauhan itu yang terbaik buat aku dan Rizzar. Ga ada yang tersakiti, ga ada kebohongan, ga ada masalah...".
"Tapi kalian ga jujur satu sama lain, Ra," balas Viko dibalas Ara dengan senyuman lebarnya dalam diam sejenak sebelum kembali menatap punggung Rizzar yang makin menjauh.
Di sebelah Ara, Viko memandangi Ara dan Rizzar bergantian, ia merasa bersalah melihat Rizzar dan Ara yang kembali menjauh karena rencana yang diusulkannya.
Viko pun berlari mengejar Rizzar, tanpa memedulikan panggilan Ara yang berdiri di tempatnya.

"Rizzar... tunggu, Riz...," teriak Viko membuat Rizzar menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.
"Please... bicara sama Ara, Riz... Jangan meninggalkan sesuatu dengan ganjalan di hati, apalagi dengan rasa marah dan kecewa. Masalah itu untuk diselesaikan bukan buat didiamkan, Bro," ucap Viko sambil memegang bahu Rizzar.
Rizzar masih diam menatap Viko sejenak lalu menatap tajam kearah Ara. Gadis itu terlihat masih berdiri di tempatnya, menatap Rizzar dengan pandangan pasrah, membuat rasa marah dan kecewa Rizzar perlahan mereda.
Rizzar tetap merasa marah dan kecewa, tapi tatapan Ara sudah cukup memberi jawaban kepadanya bahwa gadis itu menyesali kebohongannya.
Suara Viko terdengar beberapa kali meminta hal yang sama ke Rizzar, tapi Rizzar tetap tak bergeming menatap Ara yang juga melakukan hal yang sama dengan Rizzar dari kejauhan. Tak ada yang berjalan mendekat, keduanya hanya saling melontar kata dalam diam.
"Apa yang harus aku lakuin, Ra? Kenapa kamu harus melakukan kebohongan ini? Mendekatimu makin terasa tidak mudah, tapi makin menjauhi kamu pun jauh terasa lebih berat rasanya," batin Rizzar.
"Aku benar-benar menyesal, Riz. Sejak awal aku sadar kebohongan tetaplah kebohongan dan itu tidak benar. Tapi aku merasa kita juga tidak cukup jujur satu sama lain. Entah kenapa," ucap Ara di dalam hati.

-Bersambung-

1 komentar:

  1. Best NBA Betting Sites for 2021 - Sporting100
    Betting Sites. Best sports betting sites for 2021. Top online sportsbooks reviews for free or for real money. Our reviews look at the best online sportsbooks.How do 스포츠 토토 사이트 you bet on NBA?

    BalasHapus