Selasa, 01 Maret 2016

Menyapa Cinta Bersama Bintang - Part 3 : Bukan Bersedih, Tapi Memilih Bahagia

Part sebelumnya

PART 3 : BUKAN BERSEDIH, TAPI MEMILIH BAHAGIA

"Kak Tari..., Bintang kesel dan sedih deh, masak tadi ada temen Bintang di sekolah yang menjauhi Bintang gara-gara Bintang pakai kursi roda. Bintang doain, mereka bakal merasakan apa yang Bintang rasain, pake kursi rodaa sep....".
"Bintangggg, ga boleh mendoakan orang lain celaka seperti itu, apalagi mereka teman Bintang. Ga baik, ah...," ujar Mentari memotong kalimat Bintang yang sedang manyun itu. Mentari duduk di sebelah Bintang sambil membelai rambut Bintang yang sedang mengerjakan latihan soal matematika. Senin paginya adalah hari pertama Bintang masuk ke sekolah setelah kecelakaan yang dialaminya. Bintang harus mengejar ketertinggalannya selama hampir dua minggu. Ada beberapa ulangan harian yang harus Bintang ikuti secara susulan.
"Maaf, Kak Tari. Habisnya Bintang kesal sih," sambung Bintang menatap kearah Mentari dengan raut menyesal masih bercampur kesal. Mentari tersenyum lembut menatap Bintang, berusaha memahami perasaan Bintang.
"Memangnya teman yang menjauhi Bintang banyak jumlahnya?" tanya Mentari lagi.
Bintang menggelengkan kepalanya pelan. "Cuma tiga orang sih Kak Tari, kalau yang lainnya sih pada baik sama Bintang, mereka ramah sama Bintang dan kasihan melihat Bintang yang kakinya sakit dan sementara ga bisa jalan".
"Ya udah, Bintang ga usah terlalu pikirkan mereka ya. Kak Tari bisa merasakan apa yang dirasain Bintang, tapi Bintang jangan bersedih dan harus tetap semangat ya. Yang penting Bintang tetap baik sama semua teman Bintang yaaa...," ujar Mentari sambil mengusap lembut rambut Bintang. Bintang tersenyum ragu sambil mengangguk.
"Kira-kira kaki Bintang kapan sembuhnya ya, Kak Tari? Bintang kangen pingin bisa lari-lari dan main sepeda lagi," tanya Bintang sambil melihati kakinya yang masih penuh balutan itu. Mentari yang tadinya duduk di sebelah Bintang pun duduk di karpet, duduk menghadap Bintang. "Sabar ya, Sayang... Kak Tari yakin Bintang akan cepat sembuh insyaa Allah asalkan Bintang mematuhi apa yang dibilang dokter, minum obat, dan tetap berdoa ke Tuhan," ujar Mentari tersenyum manis sambil menggenggam tangan Bintang. Bintang pun tersenyum lebar  dan menganggukkan kepalanya.
"Oh iya Kak Tari, hari ini kita ke taman lagi kan menemui Kak Andro?" tanya Bintang dengan semangat.
"Iya, setelah Bintang selesai mengerjakan latihan matematika ini dan Kak Tari selesai mengoreksi kerjaan Bintang, ya... . Hmmm Bintang kangen ya lihat senyuman Kak Andro?" sambung Mentari tertawa menggoda Bintang sambil mengacak lembut anak rambut Bintang. Bintang tertawa memamerkan giginya sambil menganggukkan kepalanya. Mereka pun larut dalam tawa.
Tiga puluh menit kemudian, dibantu Mentari, Bintang duduk di kursi rodanya. Mentari membantu Bintang memasangkan sepatu karet kesukaannya. Bintang terlihat sedang memegangi balon bentuk hati yang dibelikan papanya beberapa hari sebelumnya, sebagai penyambutan sederhana ketika Bintang pulang dari rumah sakit.
"Hari ini kita enaknya ngapain ya Kak Tari bareng Kak Andro biar Kak Andro banyak tersenyum?"
Bintang cukup datang dan mengobrol bareng Kak Andro aja kayaknya udah bikin Kak Andro bakal banyak senyum," ucap Mentari dengan senyum lebarnya sambil mencubit pelan pipi Bintang.
"Kak Tari... seriusss niiiih...," lanjut Bintang sambil meringis.
Mentari tampak sedang memasang ekspresi berpikir sambil memandang kearah balon Bintang. "Apa yaaaa... hmmm gimana kalo kita menerbangkan satu balon bersama tiga kertas yang berisi harapan dan doa kita bertiga?" tanya Mentari sambil tersenyum. Bintang menatap Mentari sejenak kemudian menganggukkan kepalanya.
"Balon hati yang Papa beli kemarin masih sisa sepertinya deh, Kak Tari," sambung Bintang yang kemudian memanggil bibi buat mengambilkan balon dan benang di kamarnya.
Sembari menunggu, Mentari terlihat menyiapkan tiga kertas buat ditulisi oleh ketiganya nanti.
"Kira-kira Kak Tari bakal menulis apa ya nanti buat Kak Andro dan Bintang?" tanya Bintang dengan raut penasaran.
"Belum dipikirkan tuh...," jawab Mentari tertawa lebar sambil mulai mendorong kursi roda Bintang setelah bibi memberikan balon dan benang itu kepadanya.
Mentari dan Bintang sedang asyik berjalan menuju taman ketika Bintang tiba-tiba meminta Mentari berhenti sebentar.
"Kak Tari, gimana kalau kita makan ice cream bareng Kak Andro?" usul Bintang sambil menoleh ke Mentari dengan senyum lebarnya sambil menunjuk kearah penjual ice cream keliling yang berada tak jauh dari tempat mereka.
"Ide bagus," jawab Mentari spontan. Bintang dan Mentari pun bergegas memilih tiga cup ice cream. Karena keduanya tidak tahu rasa yang disukai Andromeda, akhirnya mereka membeli 1 rasa strawberry, 1 rasa vanilla, dan 1 rasa coklat. Mentari kemudian menitipkan Bintang sejenak ke penjual ice cream yang sedang berhenti menunggu pembeli itu dan Mentari pun bergegas berlari ke warung di dekat sana.
"Kak Tari beli apa lagi sih kok masih ke warung sana?" tanya Bintang 5 menit kemudian saat Mentari berlari menuju ke tempatnya.
"Air mineral, Bintang. Kak Andro kan sakit ginjal, minuman yang paling baik buat Kak Andro ya air mineral," jelas Mentari tersenyum dan kemudian bergegas mendorong kursi roda Bintang setelah mengucapkan terima kasih ke penjual ice cream.
"Tapi Kak Andro boleh makan ice cream kan, Kak Tari?" tanya Bintang.
"Insyaa Allah boleh...," jawab Mentari singkat. Keduanya kembali melihat-lihat pemandangan sore itu, langit terlihat penuh awan dan matahari terlihat tertawa bersama hari saat itu.
10 menit berlalu, mereka akhirnya sampai di tempat ketiganya bertemu sebelumnya. Terlihat Andromeda sedang asyik dengan buku sketsanya.
"Sore Kak Andro yang cakep kalau lagi tersenyum," sapa Bintang bersemangat. Andromeda langsung menoleh kearah suara itu sambil tersenyum lebar. Terlihat Bintang sedang tersenyum lebar kearahnya membuat Andromeda pun tertawa.
"Assalaamualaikum, Dro....," sambung Mentari yang berdiri di belakang Bintang.
"Waalaikumsalam, Mentari... ," jawab Andromeda gantian menoleh kearah Mentari dengan raut tersenyum.
"Hmmm apa maksudnya Kak Andro cakep kalau lagi tersenyum? Emang kalo nggak lagi tersenyum, hilang cakepnya gitu?" tanya Andromeda sambil jongkok di hadapan Bintang dengan raut pura-pura ngambek.
Bintang tertawa kecil melihatnya, "Tetap cakep kok Kak Andro, tapiii... cakepnya jadi ketutup aja kalau Kak Andro lagi ga senyum, he he".
Andromeda masih menampakkan ekspresi manyunnya dan mengalihkan pandangannya kearah lain, masih pura-pura marah. Bintang mendongakkan kepalanya ke Mentari dengan raut bingung, sementara Mentari tersenyum melihat kelakuan keduanya. "Kasih ice cream ke Kak Andro...," ucap Mentari tanpa suara hanya menggunakan isyarat bahasa bibirnya ke Bintang dibalas Bintang dengan menganggukkan kepalanya sambil balas tersenyum.
"Kak Andro, mau ice cream yang rasa apa?" tanya Bintang sambil tersenyum lebar menatap ke Andromeda yang masih membuang mukanya itu.
Andromeda melirik kearah ice cream yang disodorkan Bintang sejenak, "Emang Kak Andro gampang disogok pake ice cream?"
Kini giliran Bintang yang manyun dan menundukkan kepalanya membuat Andromeda pun tak tahan untuk berpura-pura lagi. Ia pun tersenyum kearah Mentari yang terlihat tersenyum melihat drama keduanya itu. "Bintang sedih ya? Kak Andro cuma bercanda kok. Kak Andro mau kok apapun rasa ice cream-nya. Terserah Bintang aja, Kak Andro mau dikasih yang rasa apa, asal Bintang maafin Kak Andro," sambung Andromeda tertawa lebar dibalas Bintang dengan senyum lebarnya.
Andromeda dan Mentari pun duduk di bangku taman yang biasanya, sedangkan Bintang tetap duduk di kursi rodanya menghadap mereka. Ketiganya memegang satu cup ice cream ditangannya.
"Oh iya, Dro. Ini air mineral buat mengimbangi ice cream-nya nanti," ujar Mentari menyerahkan dua botol air mineral ke Andromeda.
Andromeda menoleh kearah Mentari kemudian tersenyum, "makasih, Tari".
Andromeda dan Bintang terlihat membuka kertas penutup ice cream masing-masing dengan semangat dan mulai menyuapkan satu sendok ice cream ke mulut masing-masing sambil tertawa sementara Mentari hanya tersenyum mengamati tingkah keduanya.
"Kak Tari..., kok ice cream-nya ga dibuka? Makan ice cream-nya kan lebih seru kalau bareng-bareng, Kak," tanya Bintang  tertawa ketika kemudian menyadari sesuatu.
"Oh iya, Bintang hampir lupa, Kak Tari kan nggak terlalu suka rasa vanilla ya," sambung Bintang kemudian ganti menoleh ke Andromeda, "ice cream rasa coklatnya malah Bintang kasihkan ke Kak Andro tadi".
Andromeda memandang ke arah Mentari dengan rasa bersalah. "Maaf aku nggak tahu, Tari".
Mentari segera menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Gapapa, Dro...".
"Ya udah, biar adil gimana kalau ice cream-nya kita bagi rata jadi tiga? Sepertiga punya Bintang buat Kak Tari, sepertiganya buat Kak Andro, dan sisanya buat Bintang. Begitu juga ice cream Kak Tari dan Kak Andro. Biar adil, semua merasakan tiga rasa itu, gimana?"
"Tapi ice cream Bintang sama Kak Andro kan udah berkurang satu sendok Bintang, emang Kak Tari gapapa?" sambung Andromeda.
"Gapapa, Kak Andro, pake sendok Kak Tari aja buat ngebaginya. Kak Tari setuju ga?" ujar Bintang menoleh ke Mentari dengan tersenyum ceria.
Mentari pun tersenyum lebar sambil menganggukkan kepalanya, bergantian menatap ke Bintang kemudian ke Andromeda.
Dengan sabar dan berusaha sama rata, Mentari membagi ketiga ice cream tersebut, sementara Bintang dan Andromeda pun asyik main tebak kata sambil menunggu Mentari selesai.
"Nah udah selesai nih," ujar Mentari tujuh menit kemudian sambil mengembalikan cup ice cream kepada pemiliknya masing-masing.
"Kak Andro, Bintang boleh nggak minta disuapi Kak Andro sesendok aja?" pinta Bintang sambil meringis kearah Andromeda, "sekaliiiii aja please...". Andromeda pun tertawa kecil sambil menganggukkan kepalanya pelan.
"Boleh kan, Kak Tari?" tanya Bintang menoleh kearah Mentari, meminta pendapatnya. Mentari tersenyum dan berpikir sejenak kemudian menganggukkan kepalanya.
Andromeda menyuapkan sesendok ice cream dari cup milik Bintang ke mulut Bintang dengan sengaja menggoda Bintang, memutar-mutar sendok ice cream itu di depan Bintang yang tidak sabar menerima ice cream itu mendarat di mulutnya sebelum akhirnya ice cream itu mendarat dengan sukses di mulut Bintang. Ulah Andromeda itu pun membuat ketiganya tertawa.
"Sekarang gantian dong, Kak Andro mau disuapin sama Bintang juga," ujar Andromeda bersemangat.
Bintang tertawa lebar, ia merasa mendapat kesempatan membalas yang dilakukan Andromeda padanya barusan. Andromeda sudah siap membuka mulutnya lebar, tapi Bintang malah mengarahkan  sendok ice cream itu mengenai hidung Andromeda sehingga ice cream itu meninggalkan sedikit jejak di hidung Andromeda. Ketiganya kembali tertawa, apalagi Bintang yang tertawa paling keras.
"Bintang, hidung Kak Andro jadi kena ice cream kan...," ujar Andromeda tersenyum bercampur manyun, "akk... buruan masukin ice cream-nya, mulut Kak Andro capek nih terbuka lebar melulu".
Mentari tersenyum melihat tingkah lucu Andromeda dan Bintang. Bintang kembali mengarahkan sendok ice cream ke Andromeda, kali  ini dia mengarahkan sendok ice cream itu ke pipi Andromeda dan meninggalkan jejak ice cream disana. Bintang pun tertawa puas
"Bintaaaaaang, udahan ah... ," teriak Andromeda sambil tertawa kecil. Akhirnya sesendok ice cream itu pun mendarat dengan selamat di mulut Andromeda. Mentari tersenyum melihat Andromeda dan Bintang yang tertawa terpingkal, kemudian ia pun mengambil tissue dari dalam tasnya dan menyodorkan ke Andromeda. Andromeda  menoleh kearah Mentari kemudian beralih tersenyum padanya. "Terima kasih, ya," ujar Andromeda sambil menerima tissue dari tangan Mentari yang mengangguk dan masih memasang wajah penuh senyumannya itu.
"Oh ya, sekarang giliran Kak Tari nyuapin Bintang...," ujar Bintang tiba-tiba membuat Mentari dan Andromeda balik menoleh kearah Bintang.
Sekarang Bintang membuka mulutnya lebar-lebar seperti yang Andromeda lakukan sebelumnya, dia yakin bahwa Mentari tidak akan mengerjainya seperti yang Andromeda lakukan. Mentari mengarahkan sesendok ice cream ke mulut Bintang ketika sendok itu berhenti beberapa sentimeter di depan mulut Bintang. "Eittssss tunggu dulu, ada syaratnya biar sesendok ice cream ini bisa masuk ke mulut Bintang. Bintang harus menjawab pertanyaan dari Kak Tari dengan benar".
Dengan raut bertanya-tanya, Bintang menutup mulutnya yang terbuka itu dan mendengarkan pertanyaan perkalian matematika dari Mentari. Andromeda tertawa kecil melihat Bintang dengan bibir manyunnya. "Mau makan ice cream dari tangan Kak Tari, susah banget yaaa... harus menghitung dulu...," ujar Bintang sambil tersenyum.
Mentari tertawa mendengarnya, begitu pun Andromeda. Sementara itu Bintang terlihat sedang serius menghitung di awang-awang. Setengah menit kemudian, sesendok ice cream itu pun berhasil mendarat di mulut Bintang setelah Bintang berhasil menjawab dengan benar. Ketiganya pun tertawa. "Nah sekarang giliran Bintang nyuapin Kak Tari," ujar Bintang sambil mengambil sesendok ice cream dari cup Mentari dengan menggunakan sendok Mentari. Mentari terlihat memasang ekspresi cool, tidak membuka mulutnya melainkan menunggu sendok itu diarahkan Bintang ke arahnya. "Eitssss, tunggu dulu.... tidak semudah itu... Kalau Kak Tari mau ice cream dari tangan Bintang, Kak Tari harussss....," Bintang menghentikan ucapannya sementara  Mentari terlihat penasaran menunggu tantangan dari Bintang untuknya dan Andromeda pun tersenyum ikut penasaran. Mentari menaikkan alisnya, sebagai isyarat bertanya kepada Bintang. Bintang tersenyum lebar, "Kak Tari harus cium pipi Bintang kanan dan kiri juga kening Bintang". Mentari pun tersenyum lebar mendengarnya dan bergegas memenuhi permintaan Bintang itu kemudian membuka mulutnya bersiap menerima satu sendok ice cream dari Bintang dengan raut tersenyum. "Eittsss satu lagi kelupaan Kak Tari...," ucap Bintang menahan sesendok ice cream itu menuju mulut Mentari.
"Apalagi Bintaaaang?" ujar Mentari pura-pura manyun dibalas Bintang dengan tertawa membuat Mentari bahkan Andromeda pun terbawa tertawa.
"Bintang pingin memeluk Kak Tari...," ucap Bintang membuat Mentari tak bisa berkata-kata sejenak, hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, membiarkan Bintang kemudian memeluk dirinya dengan erat dan hangat. Mentari balas memeluk Bintang dengan tak kalah hangat, Andromeda yang melihatnya pun ikut hanyut dalam perasaan bersama senyumannya. Dan akhirnya, sesendok ice cream itu pun mendarat ke mulut Mentari meski sebagian sudah mencair.
"Hmmm sekarang berarti giliran Kak Andro dan Kak Tari yang saling suap-suapan ice cream yaaa...," sambung Bintang membuat Mentari dan Andromeda saling memandang canggung satu sama lain karena tidak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Bintang.
"Bintaaang, Kak Tari dan Kak Andro kan dua orang dewasa...," ucap Mentari sambil tersenyum ke gadis kecil di hadapannya itu.
"Kenapa, Kak Tari? Emang dua orang dewasa ga boleh ya saling menyuapi ice cream doank?" tanya Bintang. Mentari mendekatkan kursi Bintang.
"Bukan begitu, Bintang. Tapi diantara dua orang dewasa, lebih banyak hal yang harus dijaga biar ga ada salah paham. Bisa jadi kalau Kak Tari menyuapi Kak Andro, ada teman Kak Andro yang bakal keberatan karena itu...," sambung Mentari berusaha memberi pengertian kepada Bintang. Bintang menoleh kearah Andromeda. "Emang ada teman Kak Andro yang bakal keberatan ya Kak kalau Kak Andro sekedar nyuapin ice cream ke Kak Tari?" tanya Bintang polos.
Andromeda memandangi Bintang sambil tersenyum tanpa menjawab apa-apa, Andromeda kemudian menoleh sejenak kearah Mentari yang tetap menatap Bintang. Andromeda pun bingung harus menjawab apa selain hanya bisa tersenyum kepada Bintang.
"Yang terpenting Bintang sudah disuapin dan menyuapin Kak Andro dan Kak Tari, Sayang," lanjut Mentari memberi pengertian.
Bintang menoleh bergantian kepada Mentari dan Andromeda yang tersenyum kepadanya.
"Kak Tari benar, ya udah deh. Sekarang kita lanjut main balon yaaa...," ucap Bintang akhirnya sambil tersenyum lebar kepada Mentari. Ketiganya pun kembali tersenyum lebar kemudian menghabiskan ice cream masing-masing sambil mendengarkan celotehan Bintang tentang banyak hal.
Andromeda sedang menghabiskan sebotol air mineralnya ketika Mentari terlihat mengeluarkan bakal balon dari sakunya sehabis dia membuang cup ice cream mereka yang sudah kosong ke tempat sampah di dekat mereka.
"Mau meniup balon, Tari? Sini biar aku aja yang meniupnya," ujar Andromeda menawarkan bantuannya.
"Emang kamu baik-baik aja, Dro buat meniup balon?" tanya Mentari membuat Andromeda tertawa.
"Aku baik-baik aja, Tari," jawab Andromeda sambil tersenyum. Lima menit kemudian balon bentuk hati pun sudah siap diterbangkan. Andromeda terlihat melilitkan benang itu di ujung ikatan balon tersebut.
"Nah sekarang saatnya masing-masing menuliskan harapan atau doa buat diri sendiri, dan dua orang lainnya di kertas," ujar Mentari sambil membagikan kertas kosong dan pulpen ke Bintang dan Andromeda. Sementara itu, balon bentuk hati itu pun Andromeda ikatkan di kursi roda Bintang.
"Ga boleh saling nyontek ya, Kak Tari," timpal Bintang sambil tertawa kecil disambut anggukan kepala dari Mentari. "Karena jujur itu hebat...," jawab Mentari disambut dengan aggukan setuju dari Bintang yang makin tertawa lebar. Andromeda pun ikut tertawa mendengarnya.
Ketiganya pun mulai menulis. 10 menit kemudian Bintang mengumpulkan kertas dari tangan Andromeda, Mentari dan juga miliknya. Bintang kemudian memeriksa setiap tulisan yang ada sebelum mereka menerbangkannya dengan balon, ketika Bintang kemudian menoleh kearah Andromeda. "Kak Andro... kenapa yang harapan buat Kak Tari ga ada tulisannya?" tanya Bintang polos membuat Andromeda tersenyum canggung ke Mentari yang menoleh kepadanya. Mentari tersenyum lebar kepadanya.
"Kak Andro bingung harus menulis apa buat Kak Tari, Bintang," jawab Andromeda akhirnya sambil meringis kearah Bintang.
"Emangnya Kak Andro ga punya harapan buat Kak Tari atau doa buat Kak Tari gitu? Kak Tari aja punya harapan dan doa buat Kak Andro...," ucap Bintang sambil tersenyum.
Bintang kemudian membacakan isi kertas miliknya dan Mentari.

Tulisan Bintang
Buat Bintang : semoga segera bisa jalan normal lagi dan semoga teman-teman Bintang yang menjauhi Bintang di sekolah bisa terbuka hatinya buat temenan lagi sama Bintang. Semoga tetap jadi tiga besar di semester ini
Buat Kak Andro : semoga sakit ginjalnya cepet sembuh, lebih banyak tersenyum dan tertawa lagi, dan bisa segera lanjut kuliah lagi. Semoga Kak Andro ga merasa sedih lagi.
Buat Kak Tari : semoga sehat selalu, tetep sabar menghadapi Bintang, tetap dan makin sayang sama Bintang, semoga kuliahnya juga lancar dan apa yang dicita-citakan tercapai. Semoga dapat teman laki-laki yang baik buat pendamping hidup Kak Tari

Andromeda dan Mentari tersenyum mendengar harapan Bintang itu sambil mengaminkan harapan-harapan gadis kecil itu. Keduanya juga merasa sedikit haru dengan harapan Bintang ke diri mereka masing-masing.
"Sekarang, lanjut tulisan dari Kak Tari...," ucap Bintang sambil tersenyum lebar.

Tulisan Mentari
Boeat Bintang : semoga Bintang sehat selalu, segera bisa jalan lagi, bisa lari-lari dan main sepeda lagi, semoga makin jadi anak yang baik buat papa mama Bintang dan jadi kakak yang baik buat adik Bintang, makin rajin belajar, dan tetap ceria apapun yang terjadi. Semoga tetap baik ke siapa pun. Semoga Bintang selalu bahagia dan bersinar seperti bintang di langit. Pastinya tetap sayang sama Kak Tari.
Boeat Andromeda : semoga segera diberikan kesembuhan dari sakit ginjalnya, semoga segera dapat donor yang pas buat ginjalnya. Semoga lebih banyak ketawa dan tersenyum lagi, tetap semangat di hari-harinya, semoga apa yang menjadi keinginannya terwujud. Semoga sehat dan bahagia selalu apapun yang terjadi. Keep smiling, Andro!Kamu nggak sendirian, Dro...
Boeat  Mentari : semoga sehat dan bahagia selalu, menjadi manusia yang lebih baik dan bersyukur setiap harinya, semoga kuliahnya lancar dan ilmunya bermanfaat. Semoga apa yang jadi target hidup aku tercapai, semoga selalu ditunjukkan yang terbaik dalam segala hal. Semangat dan berjuang, Tari! :)

Bintang terdiam setelah selesai membacakannya. Ia menoleh kepada Mentari dan tersenyum manis lebar kepadanya sambil mengucapkan terima kasih. Andromeda pun menoleh ke Mentari. Ia tidak menyangka harapan Mentari untuk dirinya itu. Andromeda teringat tulisan Mentari di kertas sketsanya beberapa hari sebelumnya. Menyadari Andromeda menatapnya, membuat Mentari pun menoleh pada Andromeda dan tersenyum padanya. Andromeda pun balas tersenyum lebar, "Makasih banyak, Tari buat harapan-harapan indah buat aku itu...".
“Sama-sama, Dro...".
"Nah, Kak Andro kan udah tahu isi tulisan Bintang dan Kak Tari, juga harapan indah Kak Tari buat Kak Andro. Jadi sekarang Kak Andro harus isi harapan Kak Andro buat Kak Tari ya, Kak," ujar Bintang sambil tersenyum lebar ke Andromeda.
"Kalau Kak Andro memang tidak punya harapan buat Kak Tari, ga perlu dipaksa buat menulis, Bintang," jelas Mentari.
"Aku tidak merasa terpaksa, Tari. Aku akan menuliskan harapan itu buat kamu," timpal Andromeda membuat Mentari menoleh kepadanya dan mereka pun saling bertukar senyum simpul sejenak.
"Beri Kak Andro waktu beberapa menit buat Kak Andro menuliskan harapan buat Kak Tari ya, Bintang," sambung Andromeda tersenyum lebar kearah Bintang dibalas dengan anggukan antusias dari Bintang yang tersenyum tak kalah lebarnya.  Sambil menunggu Andromeda, Mentari dan Bintang melubangi sedikit kertas mereka masing-masing kemudian setengah menggulungnya.
Beberapa menit kemudian, Andromeda menyerahkan kertasnya kepada Bintang. "Ini tulisan Kak Andro, Bintang". Seperti sebelumnya, Bintang pun membacakan isi tulisan itu.

Tulisan Andromeda
Bintang : semoga kakinya cepat sembuh, bisa jalan seperti semula lagi. Tetap ceria dan lucu sampai kapan pun. Tetap mau jadi teman Kak Andro berbagi senyum dan tawa. Semoga apa yang menjadi doa dan harapan Bintang terwujud. Kak Andro sangat bersyukur bisa mengenal Bintang. Makasih Bintang...
Andromeda : semoga bisa segera ketemu donor yang cocok, semoga bisa lanjut kuliah lagi, semoga bisa tersenyum dan tertawa seperti dulu lagi. Semoga aku bisa melihat orang-orang yang aku sayangi bahagia, tidak bersedih karena aku. Semoga aku bisa menjadi manusia yang lebih baik, sukses, dan dipenuhi harapan lagi...
Mentari : semoga... tetap jadi kakak baik yang menyayangi juga disayangi Bintang, tetap menjadi orang yang berhati baik sampai kapan pun. Wish you all the best, Mentari. Thank you for every thing you have done or you will do for me and Bintang (indonesia: terima kasih untuk semua hal yang sudah kamu lakukan atau akan kamu lakukan untuk aku dan Bintang)....

"Cieee, Kak Andro pake bahasa inggris buat Kak Tari," goda Bintang sambil tertawa lebar ke Andromeda membuat Andromeda pun ikutan tertawa kecil. Andromeda bergegas melubangi kertas miliknya dan menggulungnya sambil bercanda bersama Bintang. Sementara itu, Mentari menatap kearah Andromeda sambil tersenyum, mendengar harapan Andromeda tadi membuat dirinya seolah berusaha memahami yang dirasakan Andromeda yang selama ini mungkin tersembunyi dibalik wajah coolnya itu. "Semoga harapan-harapan kamu terwujud, Dro. Jangan pernah kehilangan harapan," ujar Mentari didalam hati sambil mengaminkan harapan-harapan Andromeda itu.
"Oh iya, tadi di tulisan Kak Andro dan Kak Tari ada harapan semoga mendapatkan donor yang pas atau cocok gitu. Emang itu artinya apa? Bintang tahunya cuma donor darah. Emang Kak Andro mau ngasih darahnya gitu biar sembuh?" tanya Bintang polos sambil tersenyum.
Andromeda pun tertawa mendengarnya, sementara Mentari hanya tersenyum geli.
"Kak Andro perlu ginjal yang masih bagus dan cocok ditaruh di tubuh Kak Andro buat mengganti ginjal Kak Andro yang sudah tidak bekerja dengan baik, Bintang," ujar Andromeda, membuat Bintang menganggukkan kepalanya. "Terus nyari ginjalnya dimana, Kak Andro? Apa di PMI ada?" tanya Bintang lagi. Andromeda pun lagi-lagi tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Keluarga dan dokter yang merawat Kak Andro yang mencarikan donor yang cocok buat Kak Andro, Bintang. Ginjal itu tidak seperti darah yang lumayan banyak stoknya di PMI. Tidak mudah buat mendapatkan ginjal yang cocok sama tubuh Kak Andro".
"Makanya kita sama-sama doain ya Bintang, semoga Kak Andro bisa segera dapat donor ginjal yang cocok," ujar Mentari ikut bicara diantara perbincangan Andromeda dan Bintang. Bintang menoleh bergantian ke  Mentari  dan Andromeda sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Kalau seandainya Kak Andro nggak dapat donor ginjal yang cocok, artinya Kak Andro ga bisa sembuh ya?" tanya Bintang serius dengan raut khawatir menatap bergantian ke Andromeda dan Mentari.  Andromeda hanya tersenyum tanpa bisa berkata apa-apa, hal itu juga kadang mengganggu pikirannya, membayangkan ia tidak mendapatkan donor yang cocok buat tubuhnya. Mentari menatap kearah Andromeda yang hanya bisa terdiam itu.
"Kita ga boleh berandai-andai jelek, Bintang. Ga baik. Kita harus yakin kalau Kak Andro bakal dapat donor yang cocok buat ginjalnya. Segera, Insyaa Allah," ujar Mentari membuat Andromeda menoleh kearahnya. Bintang pun menatap Mentari dan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya yakin. Mentari pun membalas senyuman Bintang itu dengan lebih lebar dan penuh keyakinan kemudian menatap Andromeda sejenak dengan senyuman optimisnya itu. Andromeda pun ikut tertular senyuman optimis Mentari itu.
"Kak Tari benar. Kak Andro pasti segera dapat donor ginjal yang cocok secepatnya, insyaa Allah. Kak Andro harus tetap semangat dan yakin yaaa... . Bintang dan Kak Tari akan bantu doa juga," ucap Bintang tersenyum manis dan super lebar ke Andromeda, membuat Andromeda kembali tertawa.
"Semangat Kak Andro!" sambung Mentari ikut menyemangati Andromeda dengan senyum lebarnya.
"Semangaaaat! Makasih banyak Bintang," balas Andromeda sambil tersenyum lebar kemudian menoleh kearah Mentari, "terima kasih, Tari".  Mereka pun kembali larut dalam senyum ceria mereka.
Tiga kertas harapan ketiganya pun sudah diikatkan ke balon bentuk hati, kemudian Andromeda dan Mentari memberi kesempatan buat Bintang melepaskan balon hati itu dari genggamannya.
"Bismillaah, semoga balonnya terbang tinggi, setinggi harapan-harapan kita," ucap Mentari sambil tersenyum lebar.
"Semoga harapan-harapan kita semua terwujud," sambung Bintang tertawa riang.
"Aamiin aamiin aamiin," lanjut Andromeda tersenyum tak kalah lebarnya diikuti Mentari dan Bintang yang ikut mengaminkan.
Mereka bertiga pun tersenyum melihati balon itu yang perlahan naik dibawa angin sore itu. Kertas itu hanyalah simbol, tapi makna sebenarnya adalah bahwa mereka bertiga menggenggam harapan dalam hati mereka dan yakin bahwa Tuhan akan mewujudkan harapan demi harapan itu.
Balon itu sudah terbang menjauh beberapa saat kemudian ketika ada suara anak-anak menyapa Bintang, ternyata teman-teman sekompleks Bintang.
"Mau ikutan main tebak kata bareng kita ga Bintang?" ujar salah satu diantara mereka. Bintang menoleh kearah Mentari dan Andromeda. "Boleh ga Bintang main sebentar sama mereka, Kak?" tanya Bintang dengan wajah memelas sambil memamerkan giginya. Mentari dan Andromeda tersenyum menganggukan kepalanya. Bintang pun bermain bersama teman-temannya tak jauh dari tempat duduk mereka tadi, menyisakan Mentari dan Andromeda duduk berdua di bangku itu. Mereka mengamati Bintang yang sedang asyik bermain bersama teman sebayanya.
"Bintang itu anak sulung dan beberapa kali dia selalu bilang kalo dia itu pingin punya kakak biar dia bisa bermanja ria. Terima kasih ya karena kamu sudah mengabulkan keinginan Bintang tadi, buat menyuapi dan disuapi ice cream sama Bintang," ujar Mentari memulai percakapan berdua dengan Andromeda. Andromeda menoleh pada Mentari dan tersenyum, "Aku sama sekali tidak keberatan melakukannya, Tari. Aku juga merasakan hal yang serupa. Sebagai anak bungsu, ada kalanya aku pingin punya adik. Dan aku dengan senang hati menganggap Bintang seperti adik aku sendiri," jawab Andromeda dibalas Mentari dengan senyuman lebar dan anggukan kepalanya tanda ia sependapat dengan Andromeda.
"By the way, gimana kondisi kamu Dro, sudah baikan?" tanya Mentari.
Andromeda mengangguk. "Terima kasih untuk semangat kamu di gambar sketsaku kemarin, Tari," sambung Andromeda masih tersenyum ke Mentari, dibalas senyuman tak kalah lebar dari Mentari.
"Waktu itu Pak Ahmad bilang kalo kamu susah tidur beberapa hari sebelumnya. Apa masih sampai sekarang?" tanya Mentari lagi membuat Andromeda sedikit tertegun. Ia terdiam menatap Mentari yang juga sedang menatapnya.
"Pak Ahmad dan istrinya khawatir dengan kamu, Dro," sambung Mentari. Andromeda menoleh kearah Bintang, mengamati Bintang yang tertawa lepas bersama teman-temannya. Untuk sesaat, Mentari merasakan sosok Andromeda yang kembali cool seperti ketika awal mereka kenal. Bibir Andromeda tersenyum mengamati tingkah Bintang, tapi sekaligus larut dengan dunianya sendiri, seolah tak menganggap keberadaan Mentari di sebelahnya.
Mentari pun memutuskan tak melanjutkan kalimatnya, menemani laki-laki itu tersenyum kearah Bintang.
"Kamu pernah menyukai atau mencintai seseorang, Mentari?" Mentari langsung menoleh ke Andromeda mendengar pertanyaan laki-laki disebelahnya itu. Keduanya saling memandang satu sama lain. Mentari masih terdiam.
"Aku mencintai seseorang, kami saling mencintai satu sama lain. Tapi aku tidak ingin melihat dia sedih karena aku sakit. Aku ingin melepaskan dia, Tari," ujar Andromeda tersenyum tipis.
"Kalian sudah jadian?" tanya Mentari.
Andromeda mengangguk, "Sudah jalan lima bulan".
Mentari tersenyum tipis, "Bukannya lebih baik kalau kamu jujur ke dia tentang sakit ginjal kamu, Dro? Saat dua orang saling mencintai, mereka akan berusaha menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, Dro. Kamu percaya ke dia kan?"
Lagi-lagi Andromeda mengangguk. "Aku mempercayainya, Tari dan karena itu juga aku mencintainya. Tapi aku tidak ingin membuat dia sedih karena aku, terlebih sampai dia menangis. Aku lebih suka dia melupakan aku dan membenci aku daripada melihat dia bersedih karena aku. Aku tidak bisa memberikan harapan apa-apa untuk dia dengan kondisiku sekarang, Tari," jelas Andromeda dengan senyum tertahan kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Bintang.
Mentari memandangi laki-laki di dekatnya itu, berusaha menyelami perasaannya. "Buat aku, melepaskan seseorang yang kita cintai dan mencintai kita tanpa jujur kepadanya itu ga adil buat dia, Dro. Itu artinya kita egois," sambung Mentari pelan membuat Andromeda kembali menatap padanya dengan senyum tertahan.
"Mungkin aku memang egois, Tari, tapi melepaskan dia agar dia punya lebih banyak peluang buat bahagia itu adalah keputusan yang terbaik menurutku. Meski aku akui ini tidak mudah, melepaskan seseorang yang kita cintai dengan sepenuh hati," ujar Andromeda pelan, "tapi nanti kalo aku sudah menemukan donor yang cocok, aku pasti akan memperjuangkan hati dia lagi, Tari".
"Bagaimana kalau nanti kamu sembuh, kamu justru terlanjur kehilangan dia, Dro? Yakin kamu tidak akan menyesalinya?" tanya Mentari lagi.
Andromeda menatap lekat Mentari yang tersenyum tipis kepadanya sejenak kemudian Andromeda menengadahkan mukanya ke langit yang berawan itu. Andromeda terlihat memikirkan pertanyaan Mentari itu, terdengar beberapa kali ia menarik nafas dalam-dalam meski tanpa satu kata pun terucap.
"Aku tetap harus melepaskannya sekarang, Tari. Apa kamu mau membantu aku, Tari?" ucap Andromeda tiba-tiba kembali menoleh kearah Mentari yang memandanginya itu.
"Membantu kamu?" tanya Mentari ragu.
Andromeda mengangguk pelan. "Bantu aku melepaskan orang yang aku cintai dengan berpura-pura menjadi seseorang yang membuatku berpaling hati dan sengaja berjarak darinya beberapa minggu ini," sambung Andromeda tersenyum tipis.
Mentari terlihat memikirkan kalimat Andromeda dalam diamnya. Ia balas menatap Andromeda sejenak kemudian memalingkan pandangannya kearah Bintang yang masih asyik bermain untuk beberapa saat sebelum kemudian menoleh ke Andromeda lagi sembari menggelengkan kepalanya pelan. Mentari tidak ingin membantu Andromeda berpura-pura, ia tetap ingin Andromeda jujur kepada ceweknya. Bagi Mentari jujur adalah yang terbaik buat Andromeda dan ceweknya. Berpura-pura hanya akan membuat Andromeda berpeluang lebih sedih. Selain Bintang dan dirinya, Mentari ingin Andromeda bisa melewati masa-masa sulitnya itu ditemani orang yang dicintainya.
"Aku mengerti, Tari dan aku ga bisa memaksa kamu untuk... ".
Kalimat Andromeda pun terhenti ketika terdengar suara Bintang memanggil nama Mentari.
Mentari dan Andromeda yang saat itu saling menatap pun sama-sama menoleh kearah Bintang.
"Ya udah, buruan kamu hampiri Bintang, Tari. Terima kasih setidaknya kamu sudah mendengarkan cerita aku," ujar Andromeda pelan. Mentari bergegas berdiri dan berjalan kearah Bintang, sementara Andromeda hanya melihatinya dari tempatnya duduk ketika baru beberapa langkah Mentari menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh kearah Andromeda.
"Maaf Dro, bukannya aku tidak ingin membantu, aku tidak ingin membantu kamu berpura-pura karena kamu layak untuk lebih bahagia, Dro. Seperti harapan yang aku tuliskan buat kamu tadi," ujar Mentari sambil tersenyum lebar kearah Andromeda yang sejenak terdiam menatapnya kemudian balas tersenyum lebar.
Beberapa menit kemudian, Bintang dan Mentari pun berpamitan pulang menyisakan Andromeda yang menikmati senja sambil larut dalam pikirannya.

-Bersambung-

CAST : Rizzar as Andromeda; Ara as Mentari; X  as Bintang
DOUBLE CAST : Rizky Nazar as Rizzar and Anisa Rahma as Ara

Setelahnya : Where Are You, Kak Andro?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar