Siang itu di lokasi syuting, Ara
sedang asyik bercanda dengan salah satu pemain cewek di sinetron barunya ketika
sutradara menghampiri mereka. “Flo ditunggu Addo buat latihan scene selanjutnya”.
Flo yang sedang asyik ketawa-ketiwi langsung beranjak dari tempat duduknya dan
meninggalkan Ara yang sedang memegang script buat scene selanjutnya yang baru
saja diserahkan langsung sutradara kepadanya. “Ara, mumpung waktunya agak santai, aku mau
nanya, ada beberapa request buat kamu main FTV bareng si Rizzar lagi dan pihak
produksi sebenarnya semangat membuatkan cerita tentang kalian berdua sesuai
request, pendapat kamu sendiri gimana, keberatan nggak?”
Ara terdiam sambil tersenyum ke sutradara.” Sebenarnya
sih, Kak, kalo aku pribadi nggak ada masalah mau main sama siapa saja, kan itu
tuntutan profesionalisme kerja saja, tapi... hmmm”.
Ara kembali tersenyum nyengir. “Kalian ada masalah setelah terlibat jadi pasangan di sinetron kemarin ya?”
“Kalau aku sama Rizzar sebenarnya nggak ada masalah
Kak, tapi nggak tahu gimana sampai akhirnya banyak pro dan kontra yang makin
runcing setelah sinetron itu tamat dan sebagian fans ngejodoh-jodohin kita dan
mengganggap kita ada rasa beneran dan jadinya mulai saling menyerang juga antar
fans jadinya takutnya mengganggu Rizzar sama ceweknya”.
“Jadi, menurut kamu kalo kalian dipasangkan lagi
sekarang, takutnya Rizzar atau ceweknya ngerasa ga nyaman gitu?”
Ara lagi-lagi tersenyum sembari mengangguk. “Ya
begitulah, Kak. Kalo Rizzar sendiri, aku yakin dia pasti bisa profesional kalau
pun harus berpasangan sama aku lagi, tapi melihat sikon akhir-akhir ini, aku
takutnya Rizzar aktingnya jadi terpaksa dan bukan dari hati, Kak”.
“Memangnya, kalau Rizzar aktingnya terpaksa, bakal
jelek ya hasilnya? Kalo aku lihat selama ini dia cukup profesional, Ra seperti
yang kamu bilang, jadi apapun masalah yang ada, dia bakal melakukan aktingnya
dengan bagus”.
Ara menggelengkan kepala, “Bukan gitu Kak. Aku yakin
Rizzar apapun sikonnya dia bakal bisa berakting dengan bagus dan profesional,
tapi aku ga mau melihat Rizzar main bareng aku karena terpaksa dan tuntutan,
karena aku tetap percaya apa yang berasal dari hati akan sampai ke hati yang
menonton, begitu pun akting dan aku nggak mau kehilangan keikhlasan itu saat aku
berpasangan sama Rizzar, lagi pula aku juga berusaha menjaga perasaan
pihak-pihak tertentu terutama Rizzar dan ceweknya juga fans mereka“.
Sutradara pun mengangguk mengerti. “ Oke, aku bisa
ngerti kok, Ra…, tapi kalo seumpamanya Rizzar mau dan tidak merasa terpaksa
berpasangan dengan kamu dalam satu FTV, kamu mau kan?”
“Pastinya, Kak, nggak ada alasan aku keberatan
berpasangan dengan dia, aku banyak belajar juga dari Rizzar soal akting. Selama
Rizzarnya oke saja, apapun gosip yang berkembang, aku dan Rizzar bakal bisa
membuktikan kebenarannya. Sejak film aku pertama bareng dia, kami sudah
terbiasa digosipkan berpacaran tapi karena kami tidak terlalu menanggapinya,
gosip itu bakal hilang sendiri”.
Sutradara itu pun bergegas meninggalkan Ara karena
scene selanjutnya akan dimulai seraya mengucapkan kalimat penutupnya. “Jadi
semua tergantung Rizzarnya kan, Ra?”. Ara pun mengangguk masih tetap dengan
senyumnya. “Oke, nanti aku tanya langsung orangnya“. Dan sutradara pun melangkah
menjauh dari Ara yang masih terpaku dengan senyumnya.
“Sejak awal aku dan kamu akting berpasangan, aku bisa
merasakan bahwa itu berasal dari hati, karena kita ikhlas menjalaninya.. aku nggak mau merusak kebersamaan kita dalam dunia akting ini dengan keterpaksaan, Riz…
karena apa yang dikerjakan dari hati akan sampai ke hati dan aku tahu selama
ini kita sudah berhasil melakukannya". “Aku memang masih harus banyak belajar
tentang akting yang baik, tapi saat semua itu dilakukan dengan hati, itu nggak akan jadi masalah terbesar”.
Sore itu Ara sedang menghafal script-nya buat scene dia
bersama Rizzar di sinetron, sementara Rizzar masih menyelesaikan scene-nya
bersama pemain lainnya. Ya, kekurangnyamanan itu sebenarnya sudah Ara rasakan sejak beberapa episode sinetron kedua mereka, Mereka bahkan pernah
mengobrol di sela-sela waktu syuting, Rizzar mengatakan bahwa sebengal apapun
dia, dia ingin menjadi laki-laki yang punya komitmen hanya ke satu perempuan
saja, ya tentunya perempuan itu adalah ceweknya. Dan
Ara pun mendukung niatan Rizzar itu. Setelah obrolan itu, Rizzar pun mulai
menjaga jarak dengan Ara meski itu dilakukan dengan sedemikian rupa agar tidak
kentara. Sepertinya gosip tentang hubungan mereka semakin memanas dan tidak
bisa terbendung di dunia maya meski keduanya sudah melakukan klarifikasi
terang-terangan. Ara bisa memaklumi sikap yang diambil Rizzar untuk berjarak
dengannya. Meskipun demikian Ara tahu Rizzar berusaha melakukan aktingnya
dengan ikhlas meski berbatas dan tak bisa lepas seperti syuting-syuting
sebelumnya. Untungnya, peran mereka sebagai pasangan di sinetron baru ini hanya
pendukung dan bukan peran utama.
Ara sedang menghafal dialognya ketika Via, pemeran
utama sinetron itu, memanggil namanya. “Ara, ditunggu Rizzar latihan di taman dekat parkiran
katanya“. Ara pun bergegas mengemasi barangnya. “Oke, Vi… makasih yaaa… met
istirahat yaa…” ujar Ara sambil tertawa kecil dan melambaikan tangannya
ke Via.
Setengah berlari kecil, Ara menyusuri taman dan dia
tidak menemukan sosok Rizzar. “Rizzar kemana ya, apa mungkin dia lagi sholat
Ashar?” Ara pun memutuskan menuju mobilnya di parkiran untuk mengambil barangnya yang tertinggal, ketika dia melihat sosok Rizzar yang sedang bersandar di dinding dekat parkiran mobilnya dan membelakanginya. “Hai Riz ternyata kamu
disini kirain lagi sholat Ashar, ayo kita mulai latihan, scene kita sejam lagi
kan?” sapa Ara sambil menepuk bahu Rizzar. Rizzar masih tidak bergeming dan Ara
pun mensejajari posisi Rizzar yang masih bersandar di dinding. Ara begitu
terkejut ketika dia melihat wajah Rizzar yang pucat dan kesakitan. “Kamu kenapa
Riz, wajah kamu pucat banget gitu?” ujar Ara sambil memegang lengan Rizzar. “Aku
nggak apa-apa kok, Ra… lambung aku sedikit bermasalah saja” jawab Rizzar dengan
ekspresi kesakitan meski suaranya dibuat sedatar mungkin ke Ara. Ara khawatir
dan dia tahu Rizzar hanya berusaha meyakinkan Ara bahwa dia tidak apa-apa,
sampai kemudian tiba-tiba tubuh Rizzar limbung dan jatuh pingsan ke arah Ara.
Ara bertambah khawatir. Tubuhnya yang
lebih kecil dibandingkan Rizzar harus menahan tubuh Rizzar yang terkulai lemas
dengan wajah yang sangat pucat. Ara melihati sekitar, tak ada kru saat itu dan
tempat terdekat yang mungkin untuk dia merebahkan sementara Rizzar hanyalah di
mobilnya. “Ara, kamu harus dan pasti kuat memapah tubuh Rizzar ke mobil kamu”
ujar Ara menyemangati dirinya sendiri sembari memapah tubuh Rizzar. Susah payah
akhirnya Ara berhasil juga mendudukkan Rizzar di tempat duduk muka mobilnya.
Rizzar tak juga sadar dan Ara pun bingung harus melakukan pertolongan seperti
apa. Dia pun akhirnya membuka kotak obat-obatan yang ada di mobilnya dan dia
ambil minyak angin yang ada di dalamnya untuk dioser-oserkan di bawah hidung
Rizzar agar membuatnya sadar. Rizzar perlahan membuka matanya dan memandang ke
arah Ara yang terdengar mengucapkan Alhamdulillah. “Masih sakit banget ya, Riz, kita ke dokter ya?”
Dengan tubuh yang masih lemah dan wajah yang pucat,
Rizzar hanya menggelengkan kepalanya, berusaha tersenyum ke Ara. “Aku sudah
bilang, aku nggak apa-apa Ra, cuma lambung aku aja agak bermasalah, kayaknya
karena aku telat makan”. Rizzar berusaha menguatkan tubuhnya sambil berkata,
“Sekarang kita harus latihan, ke taman yuk, aku sudah enakan kok”
Ara masih memandangi sosok di depannya yang berusaha
mengingkari kondisinya yang sedang sakit. “Aku tahu kamu nggak mau terlihat
lemah Riz, tapi kamu nggak perlu berusaha pura-pura baik-baik saja. Mendingan
sekarang kamu minum obat maag ini dan makan roti ini dulu”. Ara menyodorkan
obat maag cair dan tablet serta dua bungkus roti juga air mineral ke arah
Rizzar. Rizzar tetap berusaha untuk keluar dari mobil Ara tapi Ara menahannya.
“Sesibuk apapun kamu, jangan sampai lupa makan dan
jaga kesehatan, Riz, sekarang kamu minum obat dan habisin rotinya, biar aku
tungguin di taman ya. Aku tahu kamu nggak mau terlihat berduaan dengan aku
apalagi di mobil aku dan aku pun juga nggak mau ada salah paham baru diantara
fans kita. Nanti kalo sudah selesai makannya dan kamu ngerasa enakan, minta
tolong kunciin mobil aku, ya," ujar Ara seraya tersenyum kemudian bergegas
keluar dari mobilnya. Ara berjalan menjauh menuju taman sambil memungut script
milik Rizzar yang terjatuh saat pingsan tadi. “Tanpa kamu minta, aku akan mendukung
kamu untuk bisa menjadi laki-laki yang punya komitmen ke satu perempuan saja,
kamu tenang aja Riz”.
Rizzar pun tersenyum memandangi bagian punggung Ara
yang makin menjauh. “Makasih banyak Ra, jujur aku malu karena aku terlihat
lemah di depan kamu karena aku ga mau orang lain melihat sisi lemah aku..”
15 menit kemudian, Ara dan Rizzar sudah tenggelam
dalam dialog sinetron di tokoh yang mereka mainkan. Dan Ara bersyukur adegan
mereka berjalan dengan cukup lancar dan tak banyak pengulangan berarti. Meski mereka tak lagi bisa bercengkrama lepas
seperti sebelum-sebelumnya, tapi chemistry mereka masih terjaga, baik Rizzar
maupun Ara sepertinya berkomitmen tak ingin mengecewakan para penontonnya. Di
dalam adegan, mereka berusaha untuk memberikan hati mereka menghayati peran
yang dimainkan. Meski di satu sisi lainnya, Ara ragu apakah saat mereka
dihadapkan di judul FTV baru sebagai pemeran utama pasangan, mereka akan bisa
mempertahankan chemistry itu karena sikon sepertinya mengharuskan mereka
menjaga jarak.
Jam di arloji Ara menunjukkan pukul 18.04 WIB ketika
Ara baru selesai mengerjakan sholat Maghribnya. Dia bergegas berkemas dan
bersiap-siap pulang saat dia berpapasan dengan Rizzar yang baru akan melakukan
sholat Maghrib. Seperti biasa Ara selalu tersenyum dan Rizzar pun membalas
senyum. “Ra…makasih banyak ya untuk yang tadi, aku malu dan menyesal
kamu harus melihat aku dalam kondisi lemah seperti itu".
“Sudah seharusnya sesama manusia, saling menolong Riz, sorry cuma itu yang bisa aku lakuin, lagi pula aku yakin kalo
tadi yang ada di dekat kamu orang lain, mereka pasti melakukan hal yang sama
seperti aku atau bahkan lebih baik dari aku. Kamu nggak perlu malu, Riz, itu
manusiawi kok. Aku duluan ya dan semoga cepet pulih 100 persen,” ujar Ara
sembari tersenyum lebar.
Lagi-lagi Rizzar hanya tersenyum memandangi punggung
Ara yang menjauh darinya.
Waktu seminggu pun berlalu, Ara masih dengan
rutinitasnya di sinetron keduanya selain banyak kesibukan dia yang lainnya.
Pagi itu, Ara sedang menjalani latihan syutingnya
dengan Flo dan Via. Sementara itu, Rizzar baru tiba di lokasi dan menerima
script bagiannya. Sutradara tiba-tiba menghampirinya. “Pagi, Bang...,“ sapa Rizzar. “Pagi juga. Riz, Abang mau nanya nih, ada cerita mini series yang udah disiapin sama script
writer berdasarkan request yang masuk ke PH kita dan ceritanya cocok buat kamu.
Kira-kira kamu minat ga kalo dipasangin lagi sama Ara?”
“Kok Abang nanyanya gitu, emangnya aku kelihatan bakal
nolak gitu?” tanya Rizzar dengan raut serius setengah tersenyum.
“Siapa tahu kamu bosan, dipasangin sama Ara, dua
sinetron berturut-turut kalian selalu berpasangan, yang sinetron ini juga masih
jalan kan?”
Rizzar terdiam sejenak lalu tersenyum lebar, “Nggak
lah Bang, akting kan profesi aku, jadi
aku berusaha menikmati saja dengan siapa saja lawan main aku“. Dari kejauhan
terdengar canda dan dialog diantara Ara, Via dan Flo, membuat Rizzar menoleh sejenak ke
mereka.
“Jadi kamu beneran nggak keberatan, Riz?” ulang
sutradara sekali lagi. Rizzar mengangguk pasti sambil setengah tertawa, “Sama
sekali nggak, Bang. Omong-omong, kenapa Abang tiba-tiba nanya seperti ini ke
aku, memangnya chemistry aku sama Ara ga kelihatan lagi ya, Bang?”
Sutradara hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa
kepada Rizzar. “Kalian berdua pasangan yang masih bertahan dengan energi
positif khas kalian kok, aku nanya karena pas aku tawarin ini ke Ara, dia minta aku menanyakan kesediaan kamu, Riz”.
Rizzar mengernyitkan dahinya sedikit kemudian menoleh
ke arah Ara yang masih penuh dengan senyuman. Wajah Rizzar menyiratkan tanya. “Aku
dengar dari Ara, akhir-akhir ini sikon di dunia maya antar fans kalian sedang
tidak kondusif katanya”
Rizzar masih memandang ke arah Ara, “Iya sih Bang,
makin banyak haters juga dan sebagian mulai mengganggu kenyamanan kehidupan
pribadi aku sama cewek aku. Meskipun aku sebenarnya nggak terlalu peduli
tentang itu, Bang”. Rizzar menoleh kembali seraya tersenyum ke sutradara.
“Sebenarnya, Ara juga tidak ada masalah berpasangan
dengan kamu lagi, tapi dia sepertinya peduli dengan kamu, cewek kamu, juga fans
kamu. Makanya dia minta Abang nanyain ke kamunya langsung, Ara nggak mau kamu
merasa terpaksa dipasangkan dengan dia. Ara ingin saat kalian main berpasangan
lagi, kalian tetap bisa memerankan tokoh-tokohnya dari hati”.
Rizzar kembali
tersenyum lebar, “Aku siap kok, Bang. Hmmm mini series kali ini aku sama Ara
jadi pasangan dengan tema percintaan ala
anak SMA lagi?”
Sutradara itu tertawa, “Nggak kok, Riz… tenang saja,
tema cerita kali ini agak lebih dewasa, cinta dalam dimensi yang lain”.
Sutradara mengedipkan matanya ke Rizzar seraya tersenyum lebar lalu beranjak
menuju adegan syuting Ara, Flo, dan Via.
Rizzar memandang ke Ara lagi, kali ini agak lama dia
tersenyum ke arah Ara meski Ara tidak menyadari tatapan itu. “Apa karena aku
menjaga jarak dengan kamu sehingga kamu berpikir aku mungkin tidak mau lagi
berpasangan dengan kamu, Ra? Dan aku sangat tahu, Ra, kamu itu peduli sama aku”.
Rizzar kemudian menundukkan kepalanya seolah memandangi script yang ada di
tangannya. Ada sekilas rasa bersalah yang tiba-tiba dirasakannya. Entah
mengapa.
Part Setelahnya
Bersambung ...,
Note for my self:
Cast : Rizky Nazar (Rizzar), Anisa Rahma (Ara)
Bersambung ...,
penulisnya lagi "galau" alias masih terkena penyakit "mental block" mendamaikan tangan dengan ide yang ada di otak. Alur di otak mengalir terus, tapi tangan lagi ngambek alias bad mood sepertinya, xixixixi.
Note for my self:
Semangat!!! Menulis adalah seni, menulis itu menghidupkan imajinasi, teruslah menulis dari hati, wahai diri :D
Bagus banget ceritanya,, tetap semangat nulisnya, di tunggu lanjutannya :)
BalasHapusMakasih, cuma hobby yang sudah lama tidak tersalurkan aja, he he. Masih harus banyak belajar biar ceritanya bisa lebih hidup, he he. Mohon doanya aja ya biar bisa segera upload cerita lanjutannya, aamiin :). Makasih sudah meluangkan waktu membaca dan berkomentar :).
HapusHai vnp_ind! :D
BalasHapusTulisanmu cukup bagus. Imajinasinya juga baik dan alurnya mengalir dengan lancar. Supaya semakin menarik lagi, coba perbanyak kalimat deskripsinya, terutama kamu lupa memperkenalkan deskripsi tokoh-tokoh di awal-awal. Pembaca perlu tahu seperti apa bentuk fisik tokoh-tokohmu, seperti apa latar belakang mereka, bagaimana gambaran umum sifat-sifat mereka, agar tulisanmu menjadi semakin hidup dan semakin mudah dibayangkan. :D
Oh ya, aku owner dari CariPenulis.com (@CariPenulis_Com on Twitter)
Semangat menulis! :D
terima kasih atas masukan membangunnya. Iya, saya kurang atau tidak memperkenalkan tokoh-tokohnya di awal karena memang cerbung ini lebih kearah semacam "fans fiction", he he.. Semoga kedepannya, saya bisa menulis lebih baik lagi, aamiin... Masih suka belepotan. Mungkin terpengaruh dengan pola pikir dan keterbatasan membaca referensi, he he. Sekali lagi terima kasih. Semoga Mbak Naya semakin sukses juga di karier menulis dan kehidupannya :). Have a wonderful life :)
Hapus