Kamis, 04 Februari 2016

See You Again When The Next Blue Moon Appears Part 4 Ahsan Hasna : Kamu dan Kelas Rabu Itu

Part Sebelumnya  

Part 4 Ahsan Hasna : Kamu dan Kelas Rabu Itu


Rabu pun menjelang, waktu menunjukkan pukul 13.45 saat Hasna sedang berada di KRL dalam perjalanan menuju kelas bantaran rel kedua kalinya. Sebuah pesan masuk di handphone Hasna.
"Hasna, kita ketemu di stasiun seperti sebelumnya ya, sekitar jam 14.30. Ahsan :)".
Hasna tersenyum dan bergegas menyimpan nomer Ahsan di handphonenya.
"Iya terima kasih banyak, San. Tahu aja kalo aku belum hafal letak kelas kemarin. Maaf merepotkan ya :D ," ketik Hasna. Kali ini giliran Hasna penasaran mengintip foto profil di whatsapp Ahsan. Seorang laki-laki terlihat sedang jongkok sambil mengelus kepala seekor kucing sambil tertawa kearah kamera. Bibir Hasna pun otomatis tertawa melihatnya. "Very cute and natural... (ind: sangat lucu dan alami)," ujar Hasna dalam hati. Hasna semakin tidak menyangsikan sangat wajar Ahsan menjadi idola banyak kaum hawa di kampusnya. Sejauh yang Hasna kenal, Ahsan laki-laki yang punya banyak kelebihan. Sayangnya ia jauh terlalu muda untuk seorang Hasna. Ahsan bahkan belum punya gambaran apapun tentang komitmen yang selama ini menjadi sesuatu yang dipegang teguh oleh Hasna. Dan yang paling mendasar, Hasna pun sadar dirinya sepertinya bukan sosok yang cukup sepadan untuk masuk kriteria seorang pendamping bagi laki-laki semacam Ahsan.
Hasna kembali larut membaca cerita anak-anak yang menjadi koleksi di handphonenya. Buat seorang Hasna, memiliki banyak persediaan cerita lucu dan mendidik akan memudahkan dirinya lebih dekat dengan anak-anak kecil.
Waktu menunjukkan pukul 14.23 ketika Hasna sampai di stasiun dan menunggu Ahsan di dekat pintu keluar seperti sebelumnya. Hasna terlihat mengamati sekelilingnya ketika ia melihat Ahsan diantara kerumunan manusia yang baru turun dari KRL. Ahsan terlihat memandang kearah tempatnya menunggu dan Hasna pun melambaikan tangannya dengan wajah tersenyum. Namun Ahsan seolah tak melihatnya. Ahsan masih mengedarkan pandangannya mencari Hasna. Hasna pun menghampiri Ahsan yang berdiri tak jauh darinya.
"Assalaamualaikum Ahsan". Ahsan segera menutup handphonenya dan menoleh keasal suara yang tak asing lagi baginya itu. "Waalaikumsalam wr wb,...  Hasnaaa...". Sejenak Ahsan tertegun mengamati perempuan yang sedang tersenyum padanya itu. Wajah dan senyum itu tak asing baginya, tapi penampilan Hasna yang berjilbab itu sempat membuat Ahsan tak mengenalinya. Hasna terlihat anggun dengan rok panjang marun dan kemeja hitam polosnya dipadu dengan jilbab segi empat pink muda motif bunga-bunga yang menjuntai menutupi dadanya.
"Ahsan...," panggil Hasna menyadarkan Ahsan dari ketertegunannya. Ahsan pun buru-buru minta maaf ke Hasna.
"Kamu kenapa, San kok terlihat kaget seperti itu? Ada yang salah ya dengan penampilan aku? Jilbab aku berantakan ya?" tanya Hasna sambil mencari tempat di sekitar tempatnya berdiri yang bisa dipakai buat bercermin. Reaksi Ahsan membuat Hasna jadi tidak percaya diri.
"Sama sekali nggak ada yang salah dengan penampilan kamu kok, Na. Hanya saja kamu terlihat beda," ujar Ahsan sembari tersenyum ke Hasna. "Kamu terlihat lebih cantik dengan jilbab itu, Na," lanjut Ahsan di dalam hatinya.
"Aku pikir karena Rabu adalah jadwal kelas mengaji, makanya aku pakai jilbab. San, apa aku salah kostum?" tanya Hasna lagi. Lagi-lagi Ahsan menggelengkan kepalanya. "Kostum kamu sudah pas kok, Na. Aku hanya sempat pangling dan tidak mengenali kamu aja tadi," jawab Ahsan sambil tersenyum. "Hmmm pantesan waktu tadi aku lambaikan tangan, kamu diam aja," sahut Hasna balas tersenyum lebar. "Maaf maaf, Na," ujar Ahsan sambil tertawa malu.
Waktu menunjukkan pukul 15.00 ketika Ahsan dan Hasna tiba di kelas bantaran rel itu dan disambut oleh adik-adik kecil yang langsung mencium tangan mereka. Terlihat keempat volunteer (relawan), rekan Ahsan, sudah tiba terlebih dahulu disana. Mereka pun menghampiri Ahsan dan Hasna. Raka mengenalkan dirinya dan volunteer lainnya dengan Hasna. Ini kali pertama, Hasna bertemu dengan semua volunteer yang mengajar di kelas itu. Selain Raka dan Ahsan, ada juga Ardi yang pertama bertemu Hasna di kantin, Azka, dan Bayu. Adzan Ashar pun terdengar berkumandang mengakhiri perkenalan singkat Hasna dengan keempatnya, Hasna bergegas mengambil wudlu ditemani Ahsan yang juga belum berwudlu. Hasna pun segera bergabung bersama-sama adik-adik perempuan, begitu pun Ahsan mengambil tempat di sebelah adik laki-laki dan mereka pun sholat berjamaah dipimpin Raka.
Seusai sholat, seperti biasa adik-adik pun segera membuka meja belajar lipatnya masing-masing kemudian membuka bukunya. Dalam kelas mengaji, adik-adik di kelas itu terbagi menjadi tiga kelompok, mereka yang belajar mengeja huruf arab, belajar surat-surat pendek, dan juga mereka yang sudah belajar Alquran. Oleh karena jumlah volunteer ada 5 laki-laki plus Hasna, maka satu kelompok dipegang oleh dua volunteer.
"Hasna, karena kamu baru, kamu silahkan memilih mau bergabung dengan kelompok adik-adik yang mana," ujar Raka.
"Kalau boleh, aku bergabung dengan kelompok yang paling mudah aja, Ka. Aku ikut kelompok adik-adik yang mengeja huruf aja, walaupun sebenarnya itu susah susah gampang dan menantang sih ya," jawab Hasna sambil tersenyum.
"Ya udah, berarti kamu bareng sama Ahsan ya mengajarnya," balas Raka sambil menunjuk ke Ahsan yang berjalan ke mereka dengan buku ditangannya. Ahsan memandangi Raka dan Hasna. "Memang nggak apa-apa, Ka aku bareng lagi sama Ahsan?" tanya Hasna dengan senyum tertahan bergantian melihat Ahsan dan Raka.
"Emang ada masalah, Na kalau kamu bareng Ahsan lagi?" ujar Raka balik bertanya, dibalas Hasna dengan menggelengkan kepala dan tersenyum.
"Kalo aku sih nggak masalah, Ka selama Ahsannya mau aja".
Ahsan menatap Hasna sejenak. "Iya, Ka. Masak aku bareng melulu sama Hasna, kali aja Hasna bosen dan pingin kenal lebih dekat sama volunteer yang lain?" timpal Ahsan sambil tersenyum.
"Bukan begitu juga sih San, aku sama siapa aja nggak masalah kok. Seiring waktu, aku pasti bisa lebih dekat dan mengenal volunteer disini. Lagian, aku gabung disini kan ingin jadi relawan, bukan mau PeDeKaTe atau taaruf sama volunteer cowok disini," balas Hasna mencandai Ahsan. Mereka pun tertawa.
"Ya udah, biar Hasna bareng kamu aja, San. Toh, buku yang ada ditangan kamu buku iqra (buku buat belajar membaca huruf arab) kan," sambung Raka lagi.
"Iya, San... biar Hasna bareng kamu aja. Gapapa sering-sering bareng, biar lebih mengenal dekat. Yaaa siapa tau berjodoh, Bro.. ," ujar Ardi menimpali. Ahsan menatap ke Ardi yang terlihat tersenyum lebar menggodanya.
Hasna, Raka, Bayu, dan Azka hanya tersenyum. "Ya nggak mungkin lah Ar, perempuan biasa seperti aku begini bisa mencuri hati Ahsan yang popular di kampus. Mana lebih tua pula,  pastinyaaa aku beda kelas sama selera Ahsan. Ibarat kalau ada antrian kandidat perempuan yang disukai Ahsan, aku sudah tertolak masuk di dalam antrian," sambung Hasna menimpali candaan Ardi. Semuanya tertawa kecuali Ahsan. Ahsan menatap Hasna dalam diam sejenak dan Hasna menyadari raut Ahsan yang berbeda itu.
"Becanda, San," ujar Hasna sambil menunjukkan jarinya yang membentuk tanda "peace" ke Ahsan sambil tersenyum lebih lebar. Ahsan pun akhirnya ikut tersenyum bergabung dengan tawa teman-temannya yang lain.
"Udah cukup ah, becandanya. Ayo segera bertugas di pos masing-masing," ujar Ahsan  sambil sok memberi komando membubarkan teman-temannya itu diiringi dengan senyuman keenamnya.
Ada empat orang adik di kelompok mengeja huruf Arab yang dihadapi Ahsan dan Hasna. Ahsan dan Hasna duduk menghadap mereka, seperti sebelumnya Ahsan bertindak mengajar di depan, sementara Hasna lebih "merangkul" di dekat adik-adiknya. Ahsan kemudian memanggil adik-adik itu satu demi satu untuk membaca beberapa halaman huruf arab di buku iqra itu dan Hasna membantu yang lainnya, termasuk membetulkan cara pengucapannya dan panjang pendeknya. Ahsan sesekali melirik Hasna yang membantu adik-adiknya dengan ekspresif dan membuat adik-adiknya ikut ekspresif menjadi lebih riang dan bersemangat. Ahsan jadi tertular untuk ikut tersenyum dan lebih bersemangat. Setelah pelajaran mengeja dan membaca serta menulis huruf selesai, sebelum pulang seperti biasa adik-adik menyetor 2 hafalan doa harian yang doanya dipilih secara acak oleh Ahsan dan Hasna dari kumpulan doa harian yang sudah diajarkan. Ahsan dan Hasna masing-masing menghadapi 2 orang adik.
Waktu menunjukkan pukul 17.03 saat kelas mengaji pun akhirnya selesai. Raka menahan adik-adiknya untuk tidak langsung pulang karena ada permintaan dari tempat kerja Hasna untuk membuat dokumentasi, salah satunya foto bersama semua adik-adik yang belajar dan volunteer disana. Terlihat Bayu, Azka dan Ardi sedang memanggil 3 adik yang bukan beragama islam yang hanya mengikuti kelas bahasa inggris. Sementara itu Raka, Ahsan, dan Hasna menunggu di kelas sambil merapikan kelas dan bercanda dengan adik-adik disana. Hasna sedang merapikan buku-buku di raknya ketika Putri tiba-tiba mendekatinya. "Kak Hasna terlihat lebih cantik deh kalau pakai jilbab begini," ujar Putri sambil tersenyum lebar. Hasna tersenyum lebih lebar, "makasih, Putri".
"Putri juga suka sama jilbab Kak Hasna, bagus dan cantik, Kak. Kak Hasna beli dimana? Pasti mahal ya, Kak?" tanya Putri lagi dengan polosnya.
"Putri mau?" tanya Hasna diikuti dengan anggukan antusias dari Putri.
"Kalau Putri mau, jilbab Kak Hasna bisa buat Putri. Tapi nanti hari Sabtu ya Kak Hasna bawain biar dicuci bersih dulu," jawab Hasna memandang lembut Putri sambil tangannya merapikan beberapa buku yang kurang rapi.
Putri menggelengkan kepalanya pelan. "Putri nggak mau jilbab Kak Hasna, Kak. Kata Kak Ahsan dan kakak-kakak yang lain, tangan diatas itu lebih baik dari tangan di bawah Kak. Iya kan, Kak Ahsan?" ujar Putri sambil memandang ke belakang Hasna. Hasna pun menoleh ke belakang, ternyata ada Ahsan disana, sedang menyusun rapi meja lipat yang biasa digunakan adik-adik belajar. Ahsan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Betul sekali, Putri. Seratus buat Putri". Hasna pun ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya, bergantian memandang kearah Ahsan dan Putri. "Putri pingin beli jilbab seperti punya Kak Hasna, tapi Putri belum ada uang. Putri harus nabung dulu, Kak Hasna," sambung Putri sambil tertawa kecil. Hasna tersenyum lebih lebar kearah Putri, "Ya udah, kebetulan Kak Hasna punya celengan kaleng yang belum terpakai, besok Sabtu Kak Hasna bawain buat Putri biar bisa menabung di celengan itu buat beli jilbab. Nanti kalau celengan itu udah penuh, kita beli jilbab seperti jilbab Kak Hasna buat Putri. Setuju?" Kalimat Hasna itu pun langsung disambut dengan anggukan Putri yang tertawa riang. Ahsan yang ikut mendengar pembicaraan keduanya meski sambil disambi mengerjakan yang lain pun ikut tertawa melihat Putri dan Hasna yang sedang tertawa riang itu.
"Putri sukaaaa banget melihat Kak Hasna pakai jilbab. Semoga nanti Kak Hasna bisa berjilbab seterusnya, ya Kak," sambung Putri dengan riang yang disambut Hasna dengan tersenyum lebar. "Insyaa Allah, doain Kak Hasna ya Putri, semoga suatu saat Kak Hasna berjilbab seterusnya," balas Hasna.
"Aamiin," tiba-tiba terdengar suara Ahsan ikut mengaminkan membuat Hasna sedikit tertegun dan menoleh kearah Ahsan yang sedang tersenyum kearahnya. "Aamiin, makasih sudah ikut mengaminkan, San," ujar Hasna sambil balas tersenyum lebih lebar ke Ahsan kemudian diikuti kata aamiin dari Putri dengan nada ceria.
Beberapa menit kemudian, setelah semua adik yang belajar disana sudah terkumpul lengkap, dibantu seorang warga disana, mereka pun berfoto bersama dengan tema acak tapi ceria. Hasna membaur diantara adik-adik perempuan yang berdiri dan berpose tertawa bersama mereka, sementara Ahsan dan Raka ada diujung berbeda barisan adik-adik yang berdiri sambil merangkul adik-adik laki-laki dengan ceria. Sebaliknya Bayu, Azka dan Ardi pun membaur bersama adik-adik di barisan yang dalam posisi duduk.
Selepas foto bersama, adik-adik pun berpamitan pulang setelah mencium tangan semua kakak-kakak volunteer. Sementara itu, Hasna, Raka, Ahsan dkk tidak langsung pulang, mereka melakukan rapat sejenak terkait program mengajar mereka dan rencana tempat kerja Hasna membantu apa-apa yang diperlukan tapi belum tersedia di kelas tersebut. Mereka membuat daftar apa-apa saja yang diperlukan dan kegiatan-kegiatan tambahan yang bisa dilakukan untuk lebih bisa menghidupkan kelas.
Waktu menunjukkan pukul 17.45 saat mereka beranjak pulang. Raka berboncengan sepeda motor dengan Bayu, sedangkan Ardi berboncengan sepeda motor dengan Azka.
"Oh ya, Hasna dan Ahsan, perlu tumpangan nggak ke stasiun, biar kita antar," ujar Raka menawari. "Makasih, Ka tapi biar aku jalan aja ke stasiun," balas Hasna sambil tersenyum.
"Biar gue yang nemanin Hasna jalan, Ka. Gue dan Hasna kan sama-sama naik kereta meskipun beda arah," sahut Ahsan sambil tersenyum. Kata gue dan loe pun kembali mereka berlima gunakan karena sudah di luar kelas. Mereka sepakat tidak menggunakan kata itu di depan adik-adik yang belajar, melainkan menggunakan kata aku, kamu, dan saya. Meskipun demikian, khusus kepada Hasna mereka tidak menggunakan kata loe gue juga, apalagi Hasna juga lebih tua dibandingkan mereka.
"Oh iya, loe bilang kan mau insyaf ya mengurangi pergi-pergi pake kendaraan pribadi bermotor dan lebih banyak naik kendaraan umum  terhitung sejak kemarin," timpal Azka sambil tertawa kecil. Ahsan balas tertawa.
"Mengurangi emisi gas karbon karena kendaraan bermotor pribadi katanya," sambung Ardi disambut dengan acungan jempol Raka dan Bayu. Hasna pun menoleh kearah Ahsan. Ahsan yang tadinya tertawa pun tersenyum tersipu kearah Hasna yang kemudian tersenyum lebar kepada Ahsan. Ya, baru Senin kemarin Hasna melontarkan itu kepada Ahsan sambil bercanda. Hasna tidak menyangka Ahsan langsung memutuskan mengubah kebiasaannya secepat itu. Setelah mengucap salam, Raka dkk meninggalkan Ahsan dan Hasna.
Hasna pun berjalan beriringan dengan Ahsan menuju stasiun. Sesekali, Hasna melirik kearah Ahsan. Ada sesuatu yang Hasna ingin ucapkan kepada Ahsan meskipun ia ragu memulainya dari mana.
"Oh iya, San... soal bercandaan aku tadi sebelum proses belajar mulai, aku minta maaf yaaa kalau bercandaku keterlaluan," ucap Hasna akhirnya. Ahsan menoleh ke Hasna, setengah tertegun karena tidak menyangka Hasna masih mengambil hati tentang itu.
"Gapapa, Na. Akunya aja yang terlalu sensitif," ujar Ahsan sembari tersenyum.
Hasna tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan, jilbab bunga-bunga-nya sedikit berkibar karena gerakannya. "Meski niat aku memang bercanda, tapi bisa jadi candaan itu mungkin melukai hati kamu. Apa yang menurut aku gurauan bisa jadi bukan bagi kamu, San. Dari ekspresi wajah kamu, aku bisa merasakan kamu tidak nyaman dengan perkataan aku tadi. Maaf ya".
Ahsan terdiam, dia bingung bagaimana menjelaskan ketidaknyamannya kepada Hasna. Rasa tidak nyaman itu hinggap di hatinya tanpa Ahsan tahu apa alasannya. Dia hanya tidak suka saat mendengar Hasna mengucapkan kalimat itu, meski Ahsan tahu Hasna hanya bercanda.
"Kamu mau maafin aku kan, San?" Suara Hasna membuat Ahsan kembali menoleh ke gadis berjilbab bunga-bunga di sebelahnya itu. Ahsan tersenyum lebar sambil pura-pura berpikir kemudian mengangguk. "Tidak ada yang perlu dimaafkan sebenarnya, Na tapi aku terima permintaan maaf kamu. Kamu juga maafin aku ya kalau ada yang tidak berkenan". Hasna pun balas tersenyum lebar sembari mengangguk.
"Oh iya Na, setiap Rabu, kamu bakal pakai jilbab kan di kelas mengaji?" tanya Ahsan kemudian dibalas Hasna dengan tersenyum dan mengangguk, "Nggak apa-apa kan, San?"
Ahsan pun tersenyum. "Pastinya nggak apa-apa, Na. Seperti yang Putri bilang tadi, kamu terlihat lebih cantik mengenakan jilbab, Hasna".
"Terima kasih," ujar Hasna sembari membalas senyuman Ahsan dengan senyuman yang riang. Perlahan senyum Ahsan dan Hasna berubah menjadi tawa riang diantara keduanya, membaur bersama senja yang tersenyum bersama keduanya.

Mengenalmu membuat hati tak bisa mengabaikan tentangmu. Tentangmu adalah istimewa hingga memori menyediakan ruang khusus buatmu, meski hanya ruang tak bernama. Dan bersamamu, selalu terselip senyum dan tawa  

Tokoh imajinasi :
Anisa Rahma as Hasna
Rizky Nazar as Ahsan

Catatan kecil : semoga Tuhan selalu menjaga kalian berdua, Rizky dan Anisa :)

Part Setelahnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar